Maka, dengan SSB yang wadah organisasinya belum pernah ada pembakuan resmi PSSI, jenjang pembinaan dan kompetisi di bawah naungan PSSI juga tidak pernah jelas.Â
Indikatornya, hingga PSSI menggelar turnamen Piala Suratin terbaru yang sudah memainkan U-13 dan U-15, kepanjangan tangan PSSI bernama Asprov di setiap provinsi juga menerjemahkan teknis pelaksanaanya berbeda-beda, pun peserta Piala Suratin yang dimulai dari Askot dan Askab, banyak yang masih belum mencantumkan SSB sebagai pesertanya, namun masih atas nama klub anggota Askot dan Askab.Â
Masalah berikutnya, tidak semua klub membina pemain usia SSB. Apa yang terjadi, banyak klub yang hanya tinggal memakai jasa SSB yang ada.Â
Saat Kompetisi Liga 1 PSSI diputar, lalu lahir kompetisi Liga 1 Elite Pro Academy (EPA) U-16 dan U-18, dari mana klub Liga 1 mengambil pemain? Lagi-lagi, SSB menjadi korban, pemainnya hanya dicomot klub Liga 1 dengan prosedur ada surat keluar dari SSB, alias Klub mencomot pemain SSB gratisan.Â
Seharusnya tata kelola SSB ini nyambung dengan kompetisi Liga Indonesia. Jadi, SSB jelas fungsi dan kedudukannya di bawah kendali Askot/Askab dan naungan Asprov.Â
Karenanya, saat ada anak SSB yang akhirnya mentas dan dipilih klub masuk ke Liga 1, melalui mekanisme dan prosedur yang benar.Â
Pertanyaannya, akan sampai kapan SSB terus diperlakukan demikian? Bila saya hitung sejak lahirnya kata SSB digaungkan tahun 1999, maka keberadaan SSB di Indonesia sudah berusia 21 tahun.Â
Afiliasi SSB macetÂ
Setelah puluhan tahun nasib SSB tak jelas, ada angin segar. PSSI terbangun dari tidur akan polemik pola pembinaan, pelatihan, hingga kompetisi sepakbola akar rumput. Hal itu terungkap dari Surat Afiliasi Sekolah Sepakbola (SSB) yang diluncurkan PSSI.Â
Surat Resmi bernomor 665/PGD/130/II-2018, dengan lampiran 1 lembar, perihal Sekolah Sepakbola Terafiliasi, yang ditandatangani Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Ratu Tisha, diterbitkan pada tanggal 20 Februari 2018. Surat ditujukan kepada seluruh Ketua Asosiasi Porvinsi (Asprov) se-Indonesia, dengan lampiran 1 lembar, yaitu form formulir afiliasi SSB, benar-benar menjadi harapan.Â
Sayang, sejak diluncurkan, Sekjen tidak serius menanganinya hingga akhirnya lingsir dari PSSI, program afiliasi ini tak ada gaungnya lagi. Macet.Â