Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hardiknas ke-61 dan Krisis Keteladanan

2 Mei 2020   07:31 Diperbarui: 2 Mei 2020   08:08 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: edukasi.kompas.com

Di mana peta keberhasilan pendidikan Indonesia bila hanya sekadar mengukur dari Programme for International Student Assessment (PISA). 

Berapa karya dan hasil inovasi anak bangsa terkait pendidikan? Dan masih banyak pertanyaan lain, yang minimal di ukur dengan keteladanan Ki Hajar Dewantara, sesuai filosofinya, yaitu  "Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani" yang artinya "Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan". 

Semua adalah pemimpin 

Bila selama ini, filosofi Ki Hajar selalu dikonotasikan dengan guru dalam arti sebenarnya, maka sekarang coba kita analogikan bahwa semua masyarakat Indonesia adalah pemimpin. 

Sesuai KBBI, pemimpin adalah orang yang memimpin. Siapa saja pemimpin itu? Mulai dari diri sendiri, yang memimpin dirinya. Pemimpin rumah tangga, RT, RW, kelompok, paguyuban, organisasi, perkumpulan, instansi, institusi, partai, parlemen, hingga pemerintahan. 

Nah, sekarang kita terapkan makna Ing ngarso sung tulodo, maknanya menjadi siapapun yang menjadi "pemimpin", harus dapat memberikan suri tauladan untuk semua orang yang ada disekitarnya. Ing madyo mangun karso,  siapa pun pemimpin yang berada di tengah masyarakat, terjun langsung mengabdi kepada rakyat, dapat membangkitkan semangat terhadap semua rakyat Tut wuri handayani, memiliki makna saat seorang pemimpin sudah meneladani, membimbing, maka dia juga wajib selalu memberikan dorongan, semangat, motivasi. 

Menjawab pertanyaan, apa prestasi pendidikan di Indonesia bila hanya dikaitkan dengan filosofi Ki Hajar saja, masih sangat sulit, meski secara terukur, hasil pendidikan selama 61 tahun sudah banyak ditorehkan oleh segenap putra dan putri bangsa ini. 

Namun, bagaimana bila prestasi itu dikaitkan dengan pemimpin dalam arti sebenarnya di negeri ini, selama ini, hingga pemimpin-pemimpin yang kini  duduk di parlemen dan pemerintahan RI? 

Rasanya, bila Ki Hajar masih ada di dunia ini, masih hidup, tentu akan sedih. Sebab, rasanya sulit sekali filosofinya di aplikasikan oleh para pemimpin di negeri ini, terutama pemimpin di parlemen dan pemerintahan. 

Salah satu faktanya teraktual, dalam kondisi dunia terkena pandemi corona, dalam upaya pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid 19 (PAPC19), ternyata filosofi "Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani", sangat sulit terwujud. 

Pasalnya, "pemimpin" pun, belum dapat menjadi teladan, meski sudah mampu memberikan bimbingan dan dorongan. Namun, untuk apa artinya bimbingan dan dorongan, bila pemimpin sendiri tak memberikan contoh yang benar sesuai bimbingan dan dorongannya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun