Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Corona, Perayaan Hari Ulang Tahun di +62 dan Manca Negara

30 April 2020   00:11 Diperbarui: 30 April 2020   00:18 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya, tega sekali ya, kok mereka sampai lupa/tak ingat HUT saya. Padahal selama ini, saya juga selalu ingat HUT setiap dari mereka. Namun, selain sedih, kondisi ini malah menjadikan diri kita tak terbebani harus mentraktir mereka, dan kita tidak harus berteriak, hey! Hari ini aku HUT, lho! Sebab, budaya HUT yang membikin kita jadi tertekan, malah membuat kita jadi nyaman bila tanggal HUT kita tidak diingat oleh "mereka". 

Bahkan, sejak hadirnya medsos, kini bila seseorang merayakan HUT, biasanya sebelum ada tuntutan untuk adanya perayaan dan traktiran, maka bila salah satu anggota grup yang kebetulan ingat tanggal HUT seseorang, akan menjadi pemula dalam ucapan HUT. 

Berikutnya, anggota grup yang lain, akan langsung ikutan mengucapkan selamat HUT disertai dengan doa.

Namun, tahukah kalian? Apakah kalian yakin, bahwa semua anggota grup benar-benar ingat tanggal HUT kita dan benar-benar tulus ucapan HUTnya untuk kita. Masih dapat meragukan untuk kita. 

Tradisi HUT baru?

Di luar dari persoalan itu semua, rasanya memang perlu lahir tradisi baru, perayaan HUT di Indonesia seperti di Amerika, Eropa, dan Jepang, yaitu benar-benar membuat si peraya HUT bahagia, bukan tertekan, dibuat sulit, bawa perasaan (baper) karena tanggal HUT tak diingat/dilupakan. 

Atau biasakan merayakan HUT seperti zaman nenek moyang kita, cukup dengan mendoakan agar si peraya HUT sehat, berkah, dan sukses untuk menjalani sisa hidupnya. Biasanya juga ada sekadar potong tumpeng yang mencerminkan budaya nenek moyang. 

Seperti sekarang, saat wabah corona datang, perayaan HUT pun hanya berupa ucapan dan kiriman doa, tidak membuat si peraya HUT harus tertekan dan kerepotan.

Jadi hikmah ada corona, kembali mengingatkan bahwa HUT itu, terpenting adalah doa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun