Pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, peringatan Hari Kartini yang selama ini identik dengan memakai baju adat, memakai seragam profesi cita-cita, pawai, fashion show, hingga menyanyikan lagu Kartini di sekolah, instansi, institusi, dll, hari ini harus dilakukan #diRumahAja.Â
Kendati peringatan ke-56 Tahun Hari Kartini dirayakan dari rumah saja, tidak menjadikan kita tetap wajib ada semangat dan spirit Kartini yang terus merasuk dalam jiwa khususnya kaum wanita Indonesia dan umumnya seluruh rakyat Indonesia.Â
Raden Adjeng (RA) Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879, dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. RA Kartini sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia.Â
Sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi, oleh pemerintah Indonesia, ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional pada tahun 1964. Sementara hari lahirnya ditetapkan sebagai Hari Kartini.Â
Tanpa perayaan peringatan, sebab dalam kondisi pandemi corona, hal  penting dan harus dipahami oleh seluruh masyarakat bangsa ini adalah, esensi Hari Kartini adalah perjuangan emansipasi wanita di bidang pendidikan dan dalam hal-hak untuk menentukan jodohnya sendiri, tidak ingin dipingit.Â
Perjuangan ini tidak hanya untuk kepentingan RA Kartini sendiri, melainkan bagi kepentingan seluruh wanita Indonesia. Wilayah logikanya adalah logika emansipasi.Â
Logika emansipasi apakah yang spirit dan keteladanannya wajib dicontoh dari sosok RA Kartini untuk kaum wanita dan masyarakat Indonesia kini?Â
Keteladanan RA Kartini, dalam situasi wabah corona ini pun sangat tepat untuk diaplikasikan oleh masyarakat, di antaranya:Â
Pertama, RA Kartini adalah sosok yang merakyat. Sifat RA Kartini, tidak senang disembah dan diagungkan selayaknya seorang bangsawan lainnya. Hatinya lekat kepada rakyat walaupun dia adalah seorang bangsawan tetapi ia tidak gila akan derajat.Â
Bahkan RA Kartini akan merasa amat sedih jika ada seorang bangsawan yang menggunakan tingkat kebangsawanannya untuk kepentingan diri sendiri dan merugikan orang lain.Â
Dari sifat ini, semoga tidak ada pemimpin negeri ini atau pihak-pihak yang memanfaatkan pandemi corona demi keuntungannya sendiri, kelompok, dan golongan karena semua demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.Â