Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Beropinilah yang Membikin Rakyat Nyaman dan Tenang!

3 April 2020   14:58 Diperbarui: 3 April 2020   15:14 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: doc.Supartono JW

Siapa saja boleh beropini, namun beropinilah yang positif, sehingga membawa dampak baik bagi diri sendiri dan orang lain.

Oleh karena itu, masyarakat Indonesia, kini sangat berharap agar siapap pun, apalagi para pembantu Presiden tidak bicara sembarangan dan seolah malah mengecilkan pandemi corona dan menyalahkan rakyat.

Atas kondisi itu, kini Menteri Kesehatan RI sudah tak lagi muncul di hadapan publik. Lalu, juru bicara yang dipercaya pemerintahpun sudah membuat dua kali kesalahan. Berikutnya ada beberapa pembantu dan staf ahli presiden malah terlihat kurang etis, berbicara di depan publik, hanya menyambung apa yang diungkap presiden, dibumbui opini pribadi yang malah tambah membikin gemas masyarakat, dan tetap senyum-senyum merasa hebat. 

Tak ketinggalan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, sudah beberapa kali membuat masyarakat kesal, sampai dibilang bak perdana menteri hingga membuat pemimpin daerah pun kecewa atas  berbagai pernyataannya di media massa. 

Tak berhenti di situ, saya lansir dari detikcom-detiknews, Jumat (3/4/2020), Luhut malah bicara soal virus Corona (COVID-19) yang tak cocok hidup di Indonesia, karena COVID-19 tak kuat hidup di cuaca panas. 

Hal itu disampaikan Luhut dalam konferensi pers usai rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (2/4/2020). Kok bisa luhut bicara begitu? Padahal sudah ribuan rakyat Indonesia positif corona dan ratusan nyawa melayang. Bagaimana bisa bicara seenaknya, corona tak cocok hidup di Indonesia. Jelas tambah ngarang. 

Sejatinya dalam ratas, pembahasannya adalah perihal antisipasi mudik di tengah pandemi COVID-19? dan pada awalnya Luhut bicara mengenai pentingnya jaga jarak atau physical distancing dalam pencegahan COVID-19, yaitu pentingnya kedisiplinan dalam menjaga jarak aman. 

Yang mengherankan, Luhut berbicara seperti bukan dalam posisi sebagai wakil pemerintah yang seharusnya menjadi pengambil keputusan untuk pencegahan corona. 

Sudah berbagai diskusi, perbincangan, hingga kritikan, masukan, dan saran baik dari masyarakat, praktisi, pengamat, ahli dan profesional dll, melului berbagai surat pembaca, media sosial, media massa , dan media tevisi, mengenai kondisi masyarakat kita. 

Tetapi kok Luhut masih bicara seperti ini, "Tetapi kalau kita tadi bisa mendisiplinkan rakyat kita dengan menjaga jarak itu, itu akan sangat-sangat membantu," kata Luhut. 

Bahkan Luhut pun menambahan bahwa COVID-19 tak kuat hidup di Indonesia. Sebab, virus yang tengah mewabah di dunia itu tak bisa bertahan dalam cuaca panas dengan kelembaban yang tinggi. "Dari hasil modeling kita yang ada, cuaca Indonesia, ekuator ini, yang panas dan juga humidity tinggi itu untuk COVID-19 ini nggak kuat," ujarnya. 

Bicara sesuai fakta boleh, namun bila asal bicara dan terkesan hanya sekadar mau mencari pembelaan, di saat genting seperti ini, tidak lucu. Apa yang dibicarakan Luhut, menjadi seperti omong kosong, meski beliau mengatakan, bahwa apa yang diungkapnya adalah kesimpulan yang didasarkan pada hasil penelitian sejumlah universitas dan lembaga. 

Pertanyaannya, itu hasil penelitiannya kapan? Lalu, mengapa setiap hari pasien corona terus bertambah yang positif dan meninggal, meski ada sedikit yang sembuh. 

Atas penjelasan yang masih terkesan ngawur dan buktinya virus tetap menyerang masyarakat Indonesia, Luhut pun masih "ngeyel" bahwa penanganan pencegahan virus itu tergantung masyarakatnya. Ini bagaimana sih? 

Bukannya Luhut sudah tahu kultur, budaya, tingkat kecerdasan intelegensi dan emosi, sosial, dan ekonomi masyarakat kita? Masa masih kukuh bicara yang menekan dan seolah menyalahkan rakyat. 

Kengeyelan Luhut pun ditambah dengan membicarakan hasil modeling. Katanya,  disimpulkan bahwa physical distancing menjadi kunci pemutusan matai rantai COVID-19. "Semua saya mohon kita agar mengikuti protokol kesehatan COVID-19. Khususnya terkait physical distancing. Karena dari hasil studi dengan modeling-modeling yang dibuat baik oleh teman-teman di UI, di UGM, di ITB, di BSSN, itu semua menyimpulkan bahwa jaga jarak sangat penting kalau kita mau selesaikan ini," tutur Luhut.

Oleh sebab itu, Luhut mewanti-wanti masyarakat agar selalu disiplin dalam melakukan physical distancing dan meminta masyarakat untuk tak mudik pada Lebaran Idul Fitri nantinya demi mencegah penyebaran COVID-19. 

Lebih lucu, menurut saya, Luhut berujar, "Tapi kalau tadi jaga jarak tidak dilakukan itu juga jadi tidak berarti, sekarang ini tergantung kita, kita mau bagaimana, semua. Kalau kita tidak mau selesaikan, mau orang lain korban gara-gara kita ya silakan dibuat. Saya kira tidak ingin keluarga kita, anak kita, istri kita itu jadi korban karena kita tidak disiplin," pungkasnya. 

Bila seorang Luhut, hanya mengungkap itu, semua masyarakat juga sudah paham. Masyarakat itu butuh, kepastian, butuh ditegaskan, butuh didisiplinkan. Tapi, Luhut sendiri juga malah mencekal pembatasan angkutan bus suatu daerah. 

Katanya semua harus sesuai instruksi pemerintah pusat. Tapi saat pemerintah daerah mencoba bijak dan mengambil langkah tegas, dicekal, dilarang. Padahal masyarakat kita itu butuh kepastian makan, ada uang untuk biaya hidup. 

Kalau masyarakat tidak bergerak khususnya yang usahanya sektor informal, ya mereka tidak ada uang dan tidak dapat makan, karenanya, bukannya masyarakat tak mau menjaga jarak dan berdiam diri di rumah, tapi masalahnya "itu" Bapak Luhut! 

Apa benar, setelah instruksi presiden agar rakyat belajar di rumah, bekerja di rumah, beribadah di rumah, lalu korban virus corona juga tidak terus bertambah? Terus bertambah.

Berikutnya keluar peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)-Darurat Kesehatan, dan daerah yang mau melaksanakan perintah itu pun wajib mengusulkan ke gugus tugas corona. Ternyata, peraturan itu pun hingga kini tetap tidak ada yang berjalan. 

Apakah ini sebagai bentuk penghindaran pemerintah untuk membantu ekonomi dan makan rakyat di masa sulit ini? Kira-kira setelah PSBB apakah akan muncul kebijakan Darurat Sipil? Semua masih bingung pelaksanaanya di bawah atas kebijakan pemerintah pusat ini. 

Rakyat perantau yang sudah tak ada penghasilan dan tak ada uang untuk makan pun, tetap mudik ke daerah asal, demi berkumpul dengan keluarga, meski harus menjadi ODP, namun sangat berisiko menjadi penyebar atau korban terpapar virus corona bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. 

Benar-benar menjadi pekerjaan luar biasa bagi setiap pemerintah daerah. Bapak Luhut, itulah kondisinya masyarakat kita. Mana ada virus corona tak cocok di Indonesia. Masa dalam kondisi seperti ini, hanya melempar tanggungjawab dan terkesan menyalahkan masyarakat yang tak mau jaga jarak atau tetap mudik. Bagaimana, sih? 

Baiknya, Bapak setop menambah opini yang membikin masyarakat jengah! Ayo, siapapun pembantu presiden, setop jangan membuat wacana dan opini pribadi yang membikin situasi menjadi kontraproduktif. Kalau tidak perlu benar beropini, apalagi hanya membikin blunder dan keruh suasana, lebih baik diam. 

Itu akan membikin masyarakat lebih nyaman dan tenang, karena menyangkut apa dan siapa, serta bagaimana mencegah virus corono, netizen Indonesia sudah cukup kenyang informasi dan imbauan. Yang belum ada adalah bantuan langsung yang masih wacana atau dalam proses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun