Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Militansi Anggota dalam Grup Sosial, Cermin Masyarakat Indonesia

8 Maret 2020   14:15 Diperbarui: 8 Maret 2020   14:51 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Doc.Supartono JW

Hati-hati, miskin hati-simpati-empati, di bawa sampai mati. (Supartono JW.08032020)

Saat kita sudah menyatakan bergabung dalam sebuah grup/perkumpulan/perhimpunan/kekeluargaan/atau sejenisnya, tanpa disadari kita ternyata sering membuat kecewa sang koordinator/ketua/pemimpin, pun juga anggota yang lain. 

Pasalnya, grup/perkumpulan/perhimpunan/kekeluargaan/atau sejenisnya bukanlah lembaga atau institusi seperti kantor dan sekolahan yang memiliki ikatan dan peraturan ketat. 

Sehingga waktu yang terbatas, menjadi sangat mahal bila kita dapat hadir di setiap grup yang kita ikuti sesuai program yang digariskan. Tidak seperti di lembaga/instansi formal, yang bila anggotanya izin atau tanpa izin dalam kegiatan, tentu akan ada sanksi.

Berbeda dalam grup-grup kekeluargaan baik dalam bidang seni, olah raga, kepemudaan, kemasyarakatan, sosial, budaya dan lain sebagainya, bila dalam kegiatan/acara ada yang tidak hadir, semisal izin, atau bahkan tak hadir tanpa ada komunikasi apa pun, maka anggota grup yang lain mau bilang apa? 

Sebagai contoh, hari ini, Minggu, 8 Maret 2020, ada kisah menarik yang dapat dijadikan pintu untuk kita semua masyarakat Indonesia, dapat membuka mata dan hati selebar-lebarnya, bahwa kehadiran kita dalam sebuah grup itu dapat dibaca oleh anggota grup yang lain semakin menunjukkan diri kita siapa. 

Kisahnya sebuah perkumpulan grup olah raga, hari ini mengundang anggota grup yang jumlahnya tidak kurang dari 150. Bila dihitung lengkap Bapak dan Ibu, maka jumlahnya menjadi 300 an orang. 

Perkumpulan yang lahir sejak 22 tahun yang lalu ini, bermaksud diskusi dengan semua anggota grup untuk berbagi dan mencari solusi, mengapa grup dapat bertahan selama 22 tahun dan bagaimana roda kegiatan grup ini ke depan, karena dalam setiap pertemuan diskusi anggota yang hadir selalu tidak sesuai harapan. 

Kontradiksi dengan bila grup ada event pertandingan olah raga, maka anggota grup akan lengkap dan hadir. Padahal, untuk menuju pertandingan olah raga, mustahil grup akan dapat memenuhi segala kebutuhan pertandingan tanpa terlebih dahulu ada diskusi dengan anggota grup. 

Masih bersyukur atas komunikasi beberapa anggota grup yang menyampaikan izin tidak hadir karena ada kegiatan yang berbarengan, pun menyampaikan pesan mendukung apapun keputusan hasil diskusi. 

Mirisnya, sebagian anggota grup tetap ada yang cuek bebek, tanpa ada izin atau tanpa ada komunikasi, pun tidak hadir. Jadi, grup perkumpulan olah raga ini, dalam diskusi pagi tadi, hanya dihadiri oleh 2 atau 3 prosen jumlah anggota yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun