Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Teladan, Gaya Hidup Penuh Kepalsuan?

25 Februari 2020   05:58 Diperbarui: 25 Februari 2020   06:37 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kalangan menengah ke atas, biar di masyarakat dianggap sukses, harus punya mobil dan gonta-ganti mobil, bahkan mobil mewah. Lalu, baju mewah, rumah bagus, tongkrongan wah di kafe, penampilan wah, makan di restoran kelas atas, padahal uang yang didapat belumlah cukup untuk membiayai hidup ala kaum borjuis itu. 

Rakyat menengah ke bawah pun demikian, untuk hidup dan makan saja pas-pasan, bahkan harus tambal sulam hutang kanan kiri, namun tetap saja meniru gaya orang kaya. 

Sementara orang-orang yang bergelimang harta dari jabatan yang memanfaatkan rakyat, maaf, seperti Presiden kita saja malah bergaya hidup sederhana. 

Para orang borju dan cukong itu, juga berpenampilan sederhana, makan di warung sederhana. Meski, di garasi rumahnya berjajar puluhan mobil mewah, punya pesawat pribadi, villa pribadi, pulau pribadi,  bergelimang harta dan uang triliunan. 

Inilah yang kini sangat mencolok terjadi di masyarakat Indonesia. Semua rakyat kelas menengah ke bawah, jadi mencoba memaksakan diri nampak kaya. Sementara para orang kaya, hanya mencoba bersandiwara dengan penampilannya, karena gelimang harta dan kehidupan telah direngkuhnya. 

Lalu apa yang terjadi? Orang bilang, bila yang kaya sudah turunan dari sananya, tidak akan kepayahan mengikuti gaya hidup ala borju. Makan mau di mana? Makan pilih menu apa? Dalam kehidupan siapa yang di makan? 

Bagaimana coba, dengan yang sok kaya? Memaksakan diri, dan menghalalkan segala cara demi gaya hidup yang harus tetap nampak kaya? Apalagi orang miskin? Semuanya masih memiliki tradisi apakah hari ini bisa makan, apalagi hari esok dan seterusnya? 

Dari rakyat biasa yang berpenghasilan pas-pasan, artis seleberitis.yang hanya hidup bila dapat job,  politisi yang tak dapat kursi, hingga pejabat yang gajinya juga tak cukup besar karena memanfaatkan tunjangan dan KKN. 

Tentu untuk tetap dianggap kaya dan nampak kaya, maka mereka terbudaya hidup dari utang dan kredit. Begitu seterusnya yang terjadi. Hidup hanya bertumpuk utang. Bahkan, yang lebih parah, banyak utang tapi gaya. 

Banyak pula orang yang punya banyak harta dan uang, namun pola dan gaya hidupnya seperti orang miskin. Sebab, jangankan untuk berbagi dengan orang lain, untuk dirinya sendiri saja kikir, pelit. Hidupnya "nggragas" menumpuk harta dan uang seperti semua itu mau dibawa mati. 

Untuk masalah rakyat yang pada akhirnya memaksakan diri dari jerat budaya utang, mengapa bisa terus terjadi? Sebab negara saja terlilit utang besar sepanjang zaman siapapun pemimpin pemerintahanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun