Di antara tujuan pendidikan adalah membentuk manusia pandai, pintar, cerdas, dan cerdik. Di dalam proses pendidikan, juga akan dijumpai manusia-manusia yang genius, polos, dan lugu.Â
Lalu, bagaimana dengan manusia-manusia yang licik? Ternyata, licik adalah satu di antara makna dari cerdik. Pertanyaannya, di samping keluarga, siapakah orang-orang yang selama ini ada di sekeliling Anda, baik dalam pekerjaan, perkumpulan sosial, hingga lingkungan sosial?Â
Bila kita melihat perilaku para elite partai politik dan para pemimpin bangsa ini, yang kini menjadi tumpuan rakyat dalam hal menciptakan kesejahteraan, mengentaskan dari kebodohan, dan  kemiskinan, maka dapat dipastikan mereka adalah golongan orang-orang yang pandai, cerdas, pintar, dan cerdik.Â
Namun, karena mereka bergelut dalam dunia politik, mau tidak mau, kehidupan sehari-hari mereka meski seharusnya mengemban amanah untuk rakyat, justru penuh dengan taktik dan intrik, sehingga rakyat tak henti disuguhi sandiwara politik mereka.Â
Aktor betulan dan bohongan
Bagaimana dengan orang-orang di sekeliling Anda? Dalam kehudupan sehari-hari? Apakah mereka tetap menjadi aktor betulan atau malah menjadi aktor bohongan? Mengapa ada aktor betulan dan aktor bohongan?Â
Aktor betulan adalah semua orang yang lahir ke dunia dan memerankan kehidupan aslinya. Sementara aktor bohongan adalah orang-orang yang bekerja menjadi pemain drama panggung atau pemain film dan sinetron.Â
Adakah orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari memerankan dua tokoh sekaligus? Jawabnya ya, ada.Â
Akibat dari proses pendidikan, atau akibat dari tak terdidik, maka banyak lahir orang Indonesia yang terus konsisten menjadi aktor betulan, pun banyak yang akhirnya "nyambi" jadi aktor bohongan, meski tidak menjadi aktor drama maupun film/sinetron.Â
Sepanjang sejarah politik di Indonesia, para tokohnya, elite partai yang akhirnya menduduki kursi jabatan pemimpin di Indonesia, tak dapat mengelak, tak dapat menghindar untuk menjadi aktor betulan dan sekaligus aktor bohongan.Â
Apa jadinya bila para elite partai politik, hanya terpaku menjadi aktor betulan, menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yang kepadaian, kepintaran, kecerdasan, dan kecerdikannya, digunakan sebenar-benarnya untuk kemaslahatan (sesuatu yang mendatangkan kebaikan-keselamatan dan sebagainya, Â faedah, guna) bagi umat, tentu akan mudah disikut oleh lawan politiknya.Â