Keterampilan berbahasa, terdiri dari mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, serta kemampuan literasi yaitu istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Atas penampilan Bepe 20 dan H24, publik sepak bola nasional yang menyaksikan momen pamit kedua pemain ini, tentu langsung dapat menilai, mana yang lebih terampil berbahasa dan terampil dalam literasi.Â
Untuk itu, momentum pamitnya Bepe20 dan H24, yang dapat ditonton ulang di berbagai media sosial (medos) dan media online (medion), khususnya bagi yang belum menyaksikan, wajib dijadikan pemebelajaran bagi semua pihak, khususnya bagi para pelaku sepak bola nasional. Terlebih bagi para pembina dan penggiat kompetisi sepak bola akar rumput dan sangat wajib bagi stakeholder terkait untuk menyorot sektor keterampilan berbahasa dan literasi para pelaku sepak bola nasional.Â
Harus disadari dan diingatkan, bahwa memilih hidup dari sepak bola, bila menjadi pemain, misalnya, tidak hanya cukup karena terampil teknik dan speed (karena bakat), tidak didukung oleh cerdas intelgensi dan personiti.Â
Menjadi pesepak bola terampil dan cerdas teknik, intelegensi, personaliti, dan speed (TIPS) adalah syarat mutlak. Namun, kehidupan pesepak bola yang lingkungannya tidak hanya terbatas di dalam lapangan sepak bola, demi dapat bersosialisasi baik dengan masyarakat dan lingkungan, juga wajib terampil berbahasa dan literasi.Â
Sebagai contoh dari momen pamit Bepe20 dan H24. Dari salah satu pemain sangat mencolok atas keterampilan berbicaranya. Dari mulai kalimat pembuka, lalu ke isi, hingga bagian penutup, sangat runtut.Â
Padat berisi, mengena sasaran, cukup diperhitungkan, cukup matang, terkontrol emosi, dan yang paling utama, tidak menampakkan diri sebagai sosok yang sedang senang atau sedang kecewa, semuanya dilakukan dengan sangat terukur.
Secara intrik, taktik, dan politik, verbalisme keterampilan berbahasa dan literasinya sangat kuat.Â
Sementara, pembicara yang pamit satunya, jauh dari perkiraan publik. Barangkali inilah yang sejak sekarang wajib menjadi perhatian seluruh pelaku sepak bola nasional, khususnya di sektor akar rumput.Â
Di lapangan, jangan hanya mencekoki anak-anak dengan keterampilan teknik atau skill sepak bola. Namun, juga perhatikan sektor kecerdasan intelegensi dan personalitinya.Â