Dari berlembar-lembar cerita yang ada di dalam buku ini, yang paling saya suka adalah “Tapi Aku Masih Suka Hujan…” Hujan yg bermakna musim basah-basahan, disentil lain pada tulisan ini. Kereenn!!! Bukan lantas cerpen yg lain tidak saya sukai, tapi dari judul dan isi, “TapiAku Masih Suka Hujan…”, jelas beda.
Agus Salim, owner Biru Deun, kaos khas Kota Probolinggo
Membaca setiap cerita di buku ini seolah membuka kesadaran saya, bahwa aksara itu memiliki keajaiban di setiap jengkalnya. Dan Stebby berhasil memilinnya dalam rangkaian yang padat, mudah dicerna serta meninggalkan kesan magis pada setiap kata-kata. Membaca buku ini saya diajak untuk memperhatikan betapa sederhananya cinta dalam cerita “Cukup Sepanjang Suroyo Saja, Bersamamu” atau turut merasakan betapa geramnya perasaan si perempuan dalam “Lebih Baik Kau Tulis Surat Cinta untuk Buku-Bukumu Itu”. Klimaksnya, pada cerita “Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Dijual Kembali”, saya merasa ingin memberinya penghargaan sekaligus menaruh simpati pada si tokoh perempuan yang menemukan cara terbaik untuk melawan atas cintanya yang tergadaikan.
Rifqi Riva Amalia, wartawan Radar Bromo (Jawa Pos Group).
Pemilihan dan perangkaian kata-kata dalam buku ini benar-benar menunjukkan kelas penulisnya sebagai orang yang pernah menyabet penghargaan Penulis Muda Berbakat beberapa tahun lalu. Kata-kata unik, majas, dan tata penulisan yang kadang tidak mengikuti kaidah baku Bahasa Indonesia namun tetap memancing imajinasi, memaksa benak kita untuk menggambarkan situasi yang ingin dipaparkan penulis. Satu hal lagi, penulis yang satu ini tak pernah membuat kisah kosong, apalagi kisah kacang layaknya sinetron Kacang yang Tertukar. Setiap hurufnya sarat pesan moral, benar-benar merefleksikan seorang Stebby Julionatan dan tanggapannya tentang kehidupan masa kini.
Jaka Mahendra, sahabat, Kang Kota Probolinggo 2009, Ketua Paguyuban Kang dan Yuk Kota probolinggo, pemilik Kaendra Tours n Travel.
Tidak berlebihan jika saya mengatakan cerita-cerita dalam kumpulan kisah ini adalah cerita-cerita yang cerdas. Ibarat sebuah masakan, kumpulan kisah ini adalah rica-rica. Hampir semua bumbu ada. Saya terbawa pada banyak rasa. Selain itu, diksi-diksi yang digunakan benar-benar bijaksana. Tepat guna. Tidak hanya sebagai pemanis bahasa saja. Dan yang paling penting, kumcer ini bukan sekadar hiburan semata!
Argha Premana, sahabat, penulis, tinggal di Semarang
Membaca cerpen Stebby Julionatan serasa membawaku ke alam imajinasi yang nyata. Untaian kalimat yang mudah dipahami membawaku larut ke dalam ruang yang belum pernah aku temukan.
Filesky, sahabat, violin player, tinggal di Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H