"Nggak usahlah, 'mending' di rumah saja. Covid lagi tinggi-tingginya," saya menyarankan.
Tapi saran saya ditolak. Alasannya, cari pengalaman. Dapat sertifikat. Di lapangan juga pasti ada prokes. Apalagi yang bikin kegiatan Pangdam Jaya.
"Nakes itu tugas Aing. Garda terdepan. Kapan lagi cari pengalaman. Mumpung ada kesempatan. Semua pasti ada risiko," argumennya.
Saya membisu. Kehabisan kata. Skak Mat, dalam istilah catur. Saya hanya bisa berdoa. Berpesan agar tetap jaga protokol kesehatan. Nakes juga manusia, bisa saja terkonfirmasi. Meski sudah prokes ketat.
Minggu lalu, dia melangkah dari rumah. Di pagi buta. Berdua dengan teman kuliahnya. Juga wanita. Sama kecilnya. Titik kumpul di Polresta Depok. Naik bus yang disiapkan Mabes TNI. Menuju GBK Senayan.
Tugasnya: jadi vaksinator. Menyuntik peserta vaksin. Juga mengoplos dosis vaksin sinovac.
"Masuk tv papsky. Ada wartawan. Kompas tv. Keren banget," ujar Zahra sambil mengirim foto dirinya berpakaian lengkap dengan APD di Senayan.
"Papsky harus bangga sama Zahra. Looked this," tambahnya memperlihatkan ID Card yang tertulis: Serbuan Vaksinasi.
Saya hanya menjawab dengan emoji senyum dan jempol. Mau tertawa takut dosa. Lucu tapi bangga.
"Apabila kamu sudah memutuskan untuk menekuni suatu bidang. Jadilah orang yang konsisten. Itu adalah kunci keberhasilan yang sebenarnya." ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H