Saya hanya tersenyum. Zahra sering curhat dengan saya urusan kuliah. Apapun materinya. Soal pelajaran, ujian, maupun hasilnya. IPK-nya menurut saya lumayan. Di atas 3. Ketimbang saya, cuma 2,5. Lulus karena SKS: Sistem Kebut Semalam.
Kalau urusan asmara, dia curhat ke bundanya. Saya tidak boleh 'nguping'. Kepo katanya. Kepo merupakan kepanjangan dari Knowing Every Particular Object. Biasanya, kata ini ditujukan pada seseorang yang serba ingin tahu.
"Gimana vaksinnya tadi?" tanya saya kepada Zahra.
Lumayan sakit, katanya. "Mual, pusing, lemas, tangan bengkak. Sekarang mau istirahat di kosan," lirihnya.
Lagi-lagi saya meyakinkan. Meski agak parno. Orang tua pasti tak mau anaknya sedih. Tapi saya berusaha menyimpan rasa panik.
"Tenang. Efeknya memang begitu. Minum obat paracetamol. Coba kontak dokternya. Di buku vaksin ada nomor teleponnya," imbuh saya.
Tak lama berselang, menurut dokter memang begitu. Observasi 3 hari kedepan. Disuruh minum paracetamol 3x sehari, vitamin C 1000mg, 3x sehari, banyak minum air putih.
"Papsky... Aing sehat. Aing mau ke kampus, ujian lab," tuturnya dua hari berselang.
Zahra terbilang pemberani. Meski badannya kecil. Selalu ingin coba sesuatu. Tapi kalau jatuh sakit, langsung "mengkeret". Tergolek tak bergerak. Meringkuk di kamar. Meringis.
"Papsky ...Aing mau jadi relawan. Mau daftar ke Mabes TNI di Cilangkap. Keren nanti tugasnya di GBK Senayan," katanya bersemangat, tiga pekan kemudian.