Sekeluarga memang tengah isolasi mandiri. Mereka dinyatakan positif hasil tes swab antigen mandiri.
Pak RT diskusi dengan saya. Biasanya langsung diumumkan di grup warga. Tapi kali ini tidak dulu. Saya minta saran dokter Imron kepala Puskesmas di lingkungan kami tinggal.
"Saya jadwalkan untuk swab antigen Mbah sekeluarga ya," kata dokter Imron.
Sehari sebelum Simbah jatuh, sekeluarga kembali menjalani tes swab antigen secara resmi. Di puskesmas. Hasilnya tetap positif. Simbah dan cucu bungsunya.
Sementara menantu dan cucu yang dewasa dinyatakan negatif. Kemudian dilanjutkan dengan PCR. Masih menunggu hasil.
"Menurut dokter puskesmas hasilnya sekitar satu minggu. Sementara harus isoman," ujar cucunya yang dewasa.
Covid19 di lingkungan kami dalam sebulan ini lagi tinggi. Hampir tiap hari ada info RT di grup RT. Suka atau tidak, kita patut tahu keadaan lingkungan. Kita harus peduli sesama warga. Minimal berempati terhadap keluarga yang terpapar.
Covid19 bukan masalah RT. Tapi kita semua harus bahu membahu. Sebisa mungkin. Setidaknya untuk saling mengingatkan. Patuhi protokol kesehatan.
Tetangganya, Pak Dar tahu, Simbah jatuh. Pria paruh baya itu mencoba membantu. Sebisa mungkin. Setidaknya memberikan motivasi. Dia juga sudah berumur. Lebih dari separuh abad.
Hati saya teriris. Merasa bersalah. Cucu dan anaknya berteriak minta tolong. Saya ada di situ. Tapi seperti Pak Dar, juga tak berdaya memapah Simbah.
"Kok lama dokternya datang," lirih Simbah yang mulai melemah.