Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - siwo pusat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

warga depok paling pinggir, suka menulis apa saja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang banyak. Email: suryansyah_sur@yahoo.com, siwopusat2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Maafkan Saya, Tidur Nyenyak di Sana Mas Hari!

16 Juli 2021   07:31 Diperbarui: 16 Juli 2021   14:59 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Prasetyo (kiri) saat liputan Piala Eropa. foto dok pribadi

HARI Prasetyo pernah liputan bareng Piala Eropa 2008 di Austria-Swiss. Dia yang jemput saya di bandara internasional Schwechat, Austria. Sekitar 18km tenggara dari pusat kota Wina (Vienna).

Banyak kenangan bersama Mas Hari- begitu saya menyapanya- selama liputan di Austria dan Swiss. Kami menyewa apartemen di Vivarium Strasse, Vienna. Tapi, cuma untuk menaruh barang-barang. Seperti Bang Toyib. Tak pulang-pulang.

Kami lebih banyak 'tidur ayam' di kereta. Dalam perjalanan dari satu kota ke kota lainnya. Karena tuntutan kerjaan. Harus kejar deadline sesuai tugas yang sudah diproyeksikan. Tak gampang, tentunya. Tapi tugas yang menantang. Saya menikmatinya.

"Mas Hari, cewek bule itu nggak mau ketemu orang asing. Jadi Mas Hari balik sendiri ke Vienna ya. Saya sudah janjian ama bule di sini," ujar saya di stasiun kereta Zurich, Swiss.

Mas Hari orang baik. Dia cukup paham perasaan teman. Dia teman diskusi yang menyenangkan. Soal apapun. Kehidupan maupun pekerjaan. Mas Hari tak mau melukai hati teman. Dia santun dan rendah hati.

Kami pernah satu atap di Tabloid GO pada 1997. Mas Hari (1994-2005) kemudian 'hijrah' ke Koran Tempo . Saya bertahan hingga 2009. Mas Hari wartawan senior yang cerdas. Dia banyak memberi warna jurnalistik saya. Kami bertemu di Euro 2008 dengan 'bendera' berbeda.

Mas Hari juga seorang seniman. Kalau tidak ada di meja kerjanya, dia pasti ke Bulungan, Jakarta Selatan. "Biasa Suryansyah, aku latihan teater dulu. Nanti kalau ada naskah berita masuk tolong handle ya," tutur Mas Hari suatu ketika.

Darah seniman dituangkan dalam karya tulisannya. Enak dibaca dan mengalir. Sarat dengan sastra. Jebolan Sastra UI Depok ini beberapa kali tampil dengan teater koma. Bahkan manggung di beberapa negara Eropa.

Tapi, sejak liputan Euro 2008 di Austria dan Swiss, kami tak pernah bertemu. Pada Piala Eropa 2012 di Polandia-Ukraina, kami sempat janjian. Tapi tak liputan bareng. Kami hanya kontak-kontakan. Saya berhome-base di Warsawa, Polandia. Mas Hari lebih banyak bolak-balik Polandia - Ukraina.

"Suryansyah pasti kaget kalau lihat saya sekarang. Badan saya sudah langsing," tuturnya dalam pesan WhatsApp bulan lalu.

Hampir satu jam kita bicara di udara. Mas Hari bercerita kondisi fisiknya. Saya jadi pendengar setia. Saya tak ingin meraba-raba hatinya yang luka. Sesekali saya mencoba menghiburnya. Dia tahu persis saya suka becanda. Supaya suasana cair.

Kami akhirnya bernostalgia. Cerita yang asik-asik. Ketika sama-sama bermain bola di Lapangan ABC Senayan. Mas Hari bermain sebagai bek. Tukang gaprak. Sesuai posturnya tinggi besar. Saya bermain di sayap. Kami pernah juara antarmedia. 

Memori Mas Hari lebih bagus dari saya. Dia ingat derap langkah ketika kami berdua liputan Piala Eropa 2008. Kami pernah tidur di stasiun kereta di Zurich, Swiss. Sehabis liputan pertandingan Portugal vs Turki di Geneva. Kereta yang kami tumpangi menuju Vienna berhenti di Zurich. Kami memilih bertahan di kota metropolis itu sambil menunggu matahari.

Saya tak bisa menolak ketika Mas Hari meminta saya mengikuti Webinar wisata Vienna. Temanya: wisata dan kunjungan Bung Karno ke Vienna. Mas Hari memperkenalkan saya dengan Cecilia, Februari lalu.

"Insya Allah Suryansyah bisa ke Vienna lagi setelah pandemi. Salam dari Mister Blatnek, ingat Euro 2008 hehehehehe," kata Mas Hari.

Euro 2020 Mas Hari dan saya hanya jadi penikmat. Mas Hari mengajak saya untuk membuat buku. Dia telah menyusun 50 tulisan setebal 247 halaman. Judulnya: Dari Jaipur sampai Warsawa.

Catatan perjalanan liputan ke mancanegara. Dari kerja pertama di Media Indonesia 1990. Tabloid GO (1994-2005) hingga Euro 2012 ketika di Koran Tempo.

"Aku sudah simpan file-nya. Nanti kita terbitkan jadi buku Sur sebagai dua eks wartawan Tabloid GO," imbuhnya.

"Suryansyah kan punya pengalaman dalam urusan cetak mencetak? Lobi Sur juga kuat sebagai pengurus Siwo PWI Pusat. Ayo Sur bikin buku semacam catatan perjalanan wartawan olahraga di berbagai negara. Saya ikut Sur," Mas Hari menyemangati saya.

Teruslah menulis untuk merawat daya ingat dan berbagi kisah kemanusiaaan. Begitu pesan Mas Hari. Saat saya mengirim link tulisan mengenai Covid-19. Mas Hari sangat senang. Itu lantaran dia hobi membaca.

Kamis (15/7) saya masih mengirim link tulisan saya di Kompasiana. Tidak biasanya. Pesan WhatsApp saya tak direspon. Sekitar satu jam kemudian, saya mendapat kabar dari teman.

"Hari Prasetyo meninggal dunia bro. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin YRA." Begitu kiriman dari Daryadi, rekan wartawan.

Saya tak percaya. Saya mencoba mengintip Wags teman-teman wartawan. Saya shock dan sedih. Bukan hanya Mas Hari yang pergi. Hari itu, 15 Juli 20201, ada 6 wartawan yang meninggal dunia karena Covid-19.

Begini isi di grup Wags: Up Date Wartawan yang wafat karena Covid hari ini....

Yoni (Surya)
Ida (Kompas)
Ivan (Tempo)
Hari  Prasetyo (Tempo)
Gatot (Antara TV)
Nanda (Rakyat Merdeka)

Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Semoga amal ibadah sahabat diterima di sisi-Nya.

Saya tak bisa berkata-kata. Hanya air mata yang tumpah. Maafkan saya Mas Hari, belum sempat penuhi harapan. Saya belum membukukan tulisan Mas Hari. Saya akan sisikan waktu untuk membuka file kiriman Mas Hari.

Selamat jalan Mas Hari. Tidur nyenyak sahabat. Yakinlah, Tuhan kelak mempertemukan kita lagi . Pergilah sahabat menemui Allah, InshaAllah, jannatun naim menantimu. Aamiin yaa Robbal'Alamiin ...

Suryansyah
Warga Depok Paling Pinggir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun