Sejatinya masyarakat tak bisa disalahkan sepenuhnya. Pagi ini, Jumat (9/7), saya mengulik situs wordometers.info. Kasus baru Covid-19 di Indonesia tertinggi kedua di dunia.  Jumlah penambahannya gila: 38.391 kasus. Lebih tinggi dari India (34.443) kasus baru. Brasil di puncak dengan  penambahan 53.749.  Amerika Serikat yang total masih di puncak klasemen malah jauh lebih rendah new cases-nya: 17.702.
Indonesia saat ini bertengger di posisi 16 dengan total kasus 2.417.788, naik dua tangga dari sebelumnya: 18. Tingkat kematian Covid-19 Indonesia tertinggi kedua di dunia: 852 setelah Brasil (1.733).
Saya tak ingin menyalahkan masyarakat setutuhnya. Saya juga tak menghujat pemerintah yang telah bersusah payah. Tapi, biasanya sikap masyarakat tergantung dari pemimpinnya. Dibutuhkan kerjasama semua pihak.
Dari lapisan paling bawah, ada Rukun Tetangga (RT). Di pemukiman teratur (perumahan) masyarakatnya lebih mudah diatur. Tingkat pendidikan tentu mempengaruhi.
Tapi, di pemukiman non teratur, teramat sulit. Dibutuhkan sosialiasi yang inten. Kalau perlu berulang-ulang. Jangan bosan. Pemimpin harus terus mengingatkan dan mengedukasi masyarakat agar dapat mematuhi peraturan. Saya kurang sependapat dengan idiom: peraturan dibuat untuk dilanggar. Karena kali ini taruhannya nyawa.
Perilaku para pejabat atau pemimpin itu bisa menjadi contoh yang kurang pada masyarakat yang paternalistik. Langkah para pejabat itu bisa diikuti masyarakat. Jika seorang pemimpin berbuat buruk, pengikut-pengikutnya akan berbuat lebih buruk daripada yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.
Jadi, tantangan perubahan perilaku dalam memerangi Covid-19 bukan hanya ada di masyarakat. Para pejabat pemerintah daerah juga perlu berubah perilaku yang tidak mendukung program percepatan penanganan Covid-19.
Mereka harus bisa memberikan contoh yang baik dalam soal menjaga kebersihan, memakai masker, menjaga jarak, tidak bepergian, tidak menimbulkan kerumunan, dan yang paling utama tentunya bersikap jujur.
Sudah efektifkah kampung siaga yang dibentuk?
Dibutuhkan kejujuran pejabat kompeten untuk menjawabnya. Jangan hanya buang-buang anggaran. Maksimalkan keberadaan kampung siaga covid beserta fungsi RT/RW. Itu menjadi kunci yang tak kalah penting dalam memberantas penyebaran covid-19.
Jadi bukan hanya slogan atau himbauan. Butuh keseriusan bersama jika PPKM Darurat tidak ingin ambyar. ***