Saya sengaja tak mengejar Cristiano Ronaldo. Saya pernah ketemu di  Mixed zone. Area pemain menuju bus setelah pertandingan. Di Estadio do Dragao, Porto pada Euro 2004. Arena tersebut khusus wartawan.
Saya kecewa ketika memperkenalkan diri dari Indonesia, Ronaldo hanya memberi isyarat ibu jari kebawah. Berlalu dengan wajah masam. Â Dongkol juga saya.
Sejak itu, saya berpikir Ronaldo sombong. Tapi, saya tak menghujat atau mencaci. Dia tetap bintang idola saya. Â
Ketika itu saya juga melihat Luis Figo mendamprat wartawan Spanyol di tempat yang sama. Sambil menunjuk hidung. Saya tak mengerti kenapa. Karena Figo menggunakan bahasa ibunya.
Apa karena saat itu Portugal kalah 1-2 dari Yunani? Mereka kecewa? Bisa jadi. Kalau menang, tentu lain ceritanya.Â
Mungkin juga ada alasan tersendiri. Saya gagal mencari tahu. Sama seperti yang saya alami. Hati ini masih mengganjal gegara 50 CHF per jam di Zurich. Saya hanya meyakini semua ada hikmahnya. Ada bahan cerita untuk dijadikan berita. ***
Suryansyah
Warga Depok Paling Pinggir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H