Penemuan ini terjadi setelah para arkeolog menyelidiki garis-garis pada tanaman di lapangan yang mereka lihat di foto satelit. Para arkeolog mulai menggali situs di pedesaan dekat kota Dbiany, sekitar 50 kilometer di timur laut Krakw.
"Pemakaman megalitik di Dbiany adalah salah satu situs terbesar dan paling menarik dari jenis ini di Eropa Tengah," Anna menjelaskan kepada saya.
Anna berbeda dengan kebanyakan wanita Polandia. Dia tidak suka pesta. Tidak doyan vodka. Anna wanita rumahan yang baik. Dia tak mau buang-buang waktu. Masa mudanya dihabiskan berkutat dengan buku.
"Saya beruntung mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk belajar di Universitas Sam Ratulangi, Manado selama dua tahun," cerita Anna dengan bahasa Indonesia terpatah-patah.
Undangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia tak serta merta begitu saja. Anna satu dari 50 mahasiswa University of Warsaw yang belajar bahasa Indonesia. Dia terbilang yang terbaik. Padahal baru belajar sekitar 5 bulan.
"Saya suka belajar bahasa. Di kampus Warsaw bahasa Indonesia menjadi mata kulihan pilihan," ujarnya.
Di Kota Poznan, Polandia, berbeda lagi. Poznan adalah pusat perdagangan, olahraga, pendidikan, teknologi, dan pariwisata. Ada Universitas Adam Mickiewicz, universitas Polandia terbesar ketiga yang menurut Anna membuka jurusan sastra bahasa Indonesia.
Dari keterangan staf Kedutaan Besar Republik Indonesia yang saya gali dikatakan, animo pelajar Polandia menimba ilmu di Indonesia terbilang tinggi.
Kisah Anna, saya ceritakan kepada Marcin Borowiecki, pemilik apartemen tempat saya tinggal di Czapelska, 2 km dari Stadion Warsawa. Pemuda ini sudah bekerja.
Hari pertama kenal dengannya, saya sudah 'dikerjain' minum vodka. Itu kali pertama saya kenal minuman keras. Hampir mau muntah!
Marcin Borowiecki pernah berkelana ke Skotlandia. Dia juga tertarik belajar bahasa Indonesia. Tapi, Â tersita dengan pekerjaannya sebagai kontraktor. Sesekali saya terjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Sok gaya!