Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kebaya

18 Januari 2021   05:58 Diperbarui: 18 Januari 2021   06:00 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Meremang bulu-bulu halus di kedua tanganku, saat aku menceritakan kembali kisah itu.

Padahal bukan aku sendiri yang mengalaminya.
Padahal sudah berjeda sekian lama.
Padahal sudah sekian ratus kilometer pula jauhnya.

Kisah itu begini:

Seorang Ibu Sepuh berkebaya putih.
Ibu yang telah sepuh usianya.
Ada giwang di cuping telinganya.
Ada kalung di lehernya.
Ada gelang di tangannya yang telah mengeriput.
Emas murni.
Senyumnya ramah teduh.
Senyum yang paling mendamaikan yang pernah ia saksikan sepanjang hidupnya.

"Selamat datang, Cucuku ....."
Kata Ibu berkebaya putih itu padanya.

Sang Ibu Berkebaya Putih duduk di salah satu rumah kayu bambu tanpa pasak tanpa paku. Rumah panggung di hamparan tanah murni. Tanah yang di salah satu kampungnya tergurat dengan bambu lukisan rumah adat yang indah. Tanah yang kaya akan makna dan kesejatian Hitam dan Putih.

Tanah yang sempat membuat terperanjat karena semua doa berhulu kepada Nur Muhammad. Bahkan Nabi Sulaiman pun tak dilupa. Serta para leluhur nusantara pun tak terlewatkan.

***

Ah.
Kebaya.
Selalu mengingatkanku pada Ibu-ku.
Beliau adalah wanita paling cantik di dunia, manakala berbusanakan kebaya.

Sholallahu alaa Muhammad.
Alfatihah untuk semua IBU.
Tak terkecuali Sang Ibu Bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun