Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi| Jati Sewu dan Mata Air Cibungbang

4 Januari 2021   15:02 Diperbarui: 6 Januari 2021   14:16 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baiklah

biarkan aku berjalan menjauh

ke Galuh

dimana seribu pohon Jati

menjulang tinggi

bunganya bermekaran putih

hirau pada duniaku yang rubuh

dan jatuh

pesawatku mendarat di lapangan terbang

Wiriadinata

Tasikmalaya

kutuju sebuah desa: Jalatrang

ia ada sejak 1801

desa yang membawa ke jalan terang

500 -  600 mdpl

di lereng gunung Sawal

Baiklah

biarkan aku menuruti langkah

menuju kubah

jalinan rimbun daun-daun bambu

Aur dari segala arah

bagai sayap induk ayam lindungi anak-anaknya

air mataku kusangka takkan terhenti

nyatanya ia berganti menjadi takjub 

melihat mata air terus mengalir

kupantik api pada sekerucut dupa

ujungnya menyala merah

Papatong Jarum hitam terbang rendah

mengelilingiku ramah

agaknya ia tahu: hatiku patah

hatur nuhun pisan,

Mata Air Cibungbang

hening teduh

jernih bersih

hatiku terbasuh

jiwaku terasuh

Baiklah

biarkan kini aku rebah

hammock hijau stabilo terbentang di antara dua pokok pohon

kutatap langit di Jati Sewu

ditingkahi bunyi-bunyi Karinding

musik pembawa pesan rahasia ti baheula

yun, ayun, ayun!

terayun-ayun aku bagai di buaian

yun, ayun, ayun!

matahari telah lingsir ke Barat-Selatan

yun, ayun, ayun!

tak bosan ku menatap langit

sekelompok pokok Jati

merubungku

menghibur dengan ribuan daun yang melambai-lambai

sajikan tarian alam

lembut mengalun

sigrak menghentak

lembar-lembar daun kering jatuh

bisikkan bermacam pupuh

segala sisindiran

segala kidung

tentang Pasundan

tentang Wiwitan

kisah Bujangga Manik berkelebatan

menguatkan azamku:

nyukcruk galur nu kapungkur

mapay laratan anu baheula

nitih wanci nu kamari

ninggang mangsa nu sampurna

sebutir Dawegan

menunggu

di meja kayu

Ciamis

engkau pasti kukenang dengan manis

Parung Mulya, 4 Januari 2020

Catatan penulis:

nyukcruk galur nu kapungkur

mapay laratan anu baheula

nitih wanci nu kamari

ninggang mangsa nu sampurna

arti: menelusuri jejak masa lalu; menyusuri tapak yang dulu-dulu; meniti waktu yang lampau, sudah tiba saatnya yang tepat. 

Atau bisa juga diartikan demikian: melacak wasilah yang terdahulu (bahasa digunakan dari yang muda ke yang tua); mengikuti jejak yang terdahulu (bahasa digunakan kepada sesama usia); sampai kepada waktu yang kemarin; pada saat yang tepat di musim yang sempurna.

Dawegan: kelapa muda

Pupuh: lagu Sunda

Hatur nuhun pisan: terima kasih banyak

Papatong Jarum: Capung Jarum

Ti baheula: sejak dulu

Sisindiran: pantun

Hammock: tempat tidur gantung/ jenis tempat tidur berupa kain seperti ayunan yang digantung pada kedua ujungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun