Jadi, begitulah rupanya perumpaanku saat itu. Asiiikkkk!
Di permukaan, di dunia materi yang kasat mata, diriku ini invisible. Tak ada. Kosong. Tak diperhitungkan. Tak diinginkan. Unwanted. Unrespected.
Tetapi 'di dunia yang lain' yang perlu dilihat dengan 'cahaya khusus', diriku adalah sosok yang memiliki pendaran diri yang indah. Ah, semoga! Amiiiinnnnn.
Begitulah rupanya. Bersama kesulitan, sudah disediakan sebuah penghiburan. Sejak itu, aku mengidentifikasikan diri dengan julukan sebagai The Invisible Fluorescent one. Manis sekali bukan?
Radio Dalam, Februari 2020.
Setelah Purnama Kawolu 1941 aka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H