Degub jantung Ibu seperti debur ombak purba yang menjadi tali jiwa antara kita dengan nenek moyang beserta leluhur yang tak henti menyertai meskipun zaman berganti.Â
Ombak semakin tinggi. Pasang semakin membuat daya jelajah lidah ombak menjangkau tempatku duduk santai. Tali sepatu merah mudaku yang menjuntai tak ketinggalan terraih oleh buih putihnya.Â
Untung sepatu kuningku bergeming diam. Buru-buru kuraih, kujinjing, dan langkahku kubiarkan kembali menuju hamparan tanaman rambat berwarna hijau. 1000 langkah lagi.Â
Sebelum sepenuhnya kubalikkan badan serta tidak menoleh kembali ke belakang, saya sempatkan berdiam hening sesunya mungkin. Dalam hati saya berucap,
"Rahayu Sagunging Dumadi"
Bersyukur pada Allah SWT Tuhan Seru Sekalian Alam atas anugrah indahnya alam Indonesia.
"Yaahowu ....!"
"Sao Hagölö....."
Bawo Ganowo, 27 Oktober 2019.
Catatan:Â
Ya'ahowu: bahasa Nias, sebagian mengartikan sebagai Selamat atau Hai sebagian lagi mengartikannya sebagai 'Semoga Diberkati' setara dengan Assalamu'alaikum, Syalom, Namaste, Rahayu.