Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Catatan dari Kongres Kebudayaan Indonesia 2018| Tentang Abah, Telur, dan Jokowi

10 Desember 2018   09:36 Diperbarui: 11 Desember 2018   16:11 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yai Zawami Imron menerima penghargaan kebudayaan dari Presiden Jokowi di acara penutupan Kongres Kebudayaan Indonesia 2018.| Dokumentasi Feri Latief (twitte @feri_latief)

Kalau ada ucapan saya yang salah

Berilah maaf kepada saya.

Kepada para budayawan, saya ingin menyampaikan: Daripada kita merasa benar di jalan yang sesat, lebih bagus merasa sesat tapi tetap di jalan yang benar.

Akhirnya, Jakarta, Cintaku, budayawan, Sayangku, jejakku kutinggal di sini, tapi senyummu kubawa pergi.

Pohon durian berbuah kedondong, sekian dong.

Wassalamualaikum wr wb"

Abah DZI menutup sambutannya dengan salam. Seusai Abah turun dari podium, Jokowi tampak menyalami Abah, diikuti para tamu udangan yang berada di panggung.

Jokowi, yang memberikan sambutan setelah Abah, memberikan kelakar sebagai awalan sambutannya bahwa ia nggak perlu lagi kasih sambutan karena sudah cukup yang dibawakan oleh KH D. Zawawi Imron. Jokowi mengatakan bahwa inti dari kebudayaan adalah kegembiraan, dan Abah Zawawi sepanjang sambutannya telah memberikan kegembiraan itu kepada semua. 

Dalam sambutannya, Jokowi menekankan dan mengingatkan untuk teguh menjaga peradaban, membangun kesungguhan toleransi, dan di tengah kesadaran bahwa menghadapi sentuhan budaya lain, ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, seluruh bangsa tetap harus ingat untuk nguri-nguri* budaya Indonesia dan budaya nusantara . 

Khusus mengenai kebudayaan, panggung ekspresi saja tidak cukup. Diperlukan panggung interaksi yang bertoleransi dan panggung toleransi yang berinteraksi.

"Tidak mungkin tanpa ada ruang-ruang ekspresi. Ruang di luar diri maupun ruang di dalam diri, hati dan pikiran. Semua itu diperlukan untuk membuka diri, mengembangkan diri, sebagai langkah hijrah menuju Indonesia yang maju."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun