Di sebuah lorong terminal Senen
Gerakan lelaki sepuh tak mampu kami imbangi
Lincah
Ringan
Gesit
Meninggalkan kami jauh di belakang
Bertongkat ia bertongkat
Di sebuah kios ia berhenti
Memanggil sebuah nama dengan teriakan lantang
"Iyaaan..."
"Mana buku-buku tentang lukisan itu...?"
Abah,
Di selewat lebih dari 12 jam lalu engkau adalah raja panggung
Dengan gemerlap tata lampu terang semula redup lalu gelap berikutnya
Dengan gaung tata suara panggung membahana indah
Dengan tata teatrikal menegaskan makna puisi-puisimu
Energi suaramu menembusi jantung-jantung kami
Abah,
Di selewat kurang dari 5 jam lalu engkau menjadi teman kami semeja
Bernyanyi tentang Indonesia berkarya bersama lalu semut dan sebutir nasi
Bernyanyi puja-puji untuk yang kau sebut-sebut Wahai Kekasih Allah
Bernyanyi "Olle Ollang" ditingkahi puisi-puisi
Mengisi hati kami penuh dengan apalah itu yang tak bisa kudefinisikan dengan kata-kata
Lalu aku menjadi saksi
atas pelukanmu yang erat kepada sahabatku yang kupanggil "Cak" namun kau sebut ia sebagai cucu Rasulullah
atas ciummu untuk tangannya
atas bertubi-tubi pelukan perpisahan yang seolah tak akan ada hentinya
Di Gambir
Di Senen
Di Taman Ismail Marzuki
Di Ciputra Artpreneur
Di tanah Indonesia
Kami adalah jiwa-jiwa yang memunguti serpih-serpih ilmu yang kau tabur sepenuh hati
Semoga kami termasuk orang-orang yang selalu diberi hati yang luas untuk selalu bersyukur atas limpahan Kasih Sayang-Nya yang tercurah untuk kami dan kedua orang tua kami
Amin
Jakarta, 1 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H