Kami diterima dengan baik oleh nini Mistem dan anaknya.
Dengan ramah, serka Agung Ristanto berbincang menanyakan banyak hal mengenai kondisi nini Supinah.
Meski demikian, nini Supinah ternyata banyak beraktifitas sebagaimana warga lainnya. Mencukupi kebutuhan saban hari dengan berjualan kayu bakar dan hasil tanam di kebun miliknya.
Nini Supinah sehari hari mengumpulkan kayu bakar di kebun miliknya lalu dijual ke pasar Purwasaba dan kepada warga sekitar yang membutuhkan. Dia juga berjualan beberapa hasil tanam di kebun miliknya seperti burus.
Selain hasil jualan kayu bakar dan hasil tanam kebun, untuk menyambung kebutuhan sehari hari, nini Supinah tiap bulan menerima bantuan sembako dari desa melalui program PKH. Â Dia juga kerap mendapat kiriman sembako dan kebutuhan lain dari anak dan kerabatnya. Para tetangga sekitar juga perhatian dengan ikut memantau keadaan nini Supinah.
Sore itu kami tidak bertemu pak Roto ketua RT yang rumahnya tidak jauh di arah barat. Jika ketemu tentunya akan mendapat lebih banyak lagi gambaran mengenai keadaannya.
Nini Supinah masih punya beberapa saudara yang tinggal agak jauh dari rumahnya dan di desa tetangga. Ada satu saudara kandung  yang juga butuh perhatian kusus karena memiliki gangguan kejiwaan. Namanya Tohari. Tinggal agak jauh dari rumahnya.
Selain saudara kandung, nini Supinah juga punya seorang anak perempuan bernama Rubes istri Tori yang kini tinggal di RW 3 grumbul Karangendep.
Sehingga, meski memang hidup sebatang kara sendirian di rumahnya, nini Supinah masih kerap ditengok anak dan keluarganya.
Dia kerap ditawari tinggal bersama anaknya di Karangendep, namun nini Supinah selalu menolak dengan alasan merasa masih punya rumah yang sekarang ditempati.