[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
Dalam sambutannya, Heru Mudjiono menyampaikan, Tulungagung Rally History tidak berhenti di situs Goa Pasir saja. Rencananya, para peserta yang masuk Grand Final Cerdas Cermat akan mendapat diklat khusus dari panitia, baik dari Museum Wajakensis Tulungagung, BPCB Jawa Timur, maupun komunitas yang ada. Pada saat tertentu mereka dapat sebagai pemandu yang memiliki kecakapan bidang sejarah lokal Tulungagung. “Kita nanti punya Satgas tentang sejarah lokal Tulungagung,” ungkap Heru Mudjiono.
Sebelum mengakhiri sambutan, Heru Mudjiono menyampaikan, kalau kita ingin mencintai bangsa kita sendiri, awalnya kenali, cintailah budaya dan sejarah sendiri. Berawal dari itu, kita akan mencintai bangsa dan negara ini.
Orasi Sejarah dan Budaya Tulungagung oleh Arkeolog Dwi Cahyono
Setelah Tulungagung Rally History 2016 resmi dibuka, giliran Dwi Cahyono arkeolog nasional dari Universitas Negeri Malang naik panggung menampilkan orasi Sejarah dan Budaya. Arkeolog kelahiran Tulungagung itu sangat mengapresiasi kegiatan yang menurutnya sebagai kegiatan “nyeleneh” yang istilah asingnya “unique” dalam arti berbeda dari biasanya.
[caption caption="sumber poto: Bunda Zakyzahra Tuga"]
Dalam orasinya, Dwi Cahyono juga menyampaikan bahwa kegiatan Grand Final Cerdas Cermat tema sejarah lokal Tulungagung sangat tepat dihelat di situs Goa Pasir dengan alasan latar belakang sejarah situs ini yang pada jaman dulu berfungsi sebagai Kadewagurwan atau tempat pembelajaran.
Lebih lanjut Dwi Cahyono menyampaikan bahwa Goa Pasir merupakan salah satu situs dari sejumlah besar situs di Kabupaten Tulungagung yang menarik untuk dicermati. Dia menyampaikan itu dengan alasan bahwa dari berbagai wilayah seluruh penjuru Tulungagung, wilayah Tulungagung selatan merupakan sub area Tulungagung yang memiliki perjalanan sejarah panjang, jejak sejarah dan arkeologi yang sangat beragam mulai sejak jaman prasejarah dengan temuan 4 fosil Homo Wajakensis di distrik Wajak sampai masa perkembangan Hindu dan Boddha paling awal jaman kerajaan Kediri hingga Majapahit.
Tulungagung selatan tepatnya di utara pegunungan kapur selatan, secara berderet dijumpai ada tinggalan arkeologis dan yang sangat menarik terdapat 4 Goa pertapaan. Jika merunut dari barat menuju timur, setidak tidaknya terdapat 4 Goa pertapaan, yaitu mulai dari Goa Tritis di gunung Budheg, kemudian ke arah timur terdapat Goa Selomangleng, lalu Goa Banyu Urip yang ada di sebelah barat situs Goa Pasir, dan yang keempat adalah Goa Pasir.