Beberapa detik setelah detik detik proklamasi berhenti berdetik di lapangan Argo Wilis, puluhan barongan lereng gunung Wilis serbu situs sejarah Mbah Bodo yang terletak dekat lapangan. Dari arah jalan desa mereka muncul satu satu ke hadapan tetua adat desa Sendang Tulungagung, mbah Soeryaniadi, yang ketika itu sudah siaga bersama segala ubarampenya. Setiap barongan yang datang langsung duduk kemudian sang tetua adat menyiduk air kembang setaman yang sebelumnya tertampung dalam sebuah jambangan batu peninggalan jaman kerajaan Kediri. Suasana mistis spiritual kian kental ketika Sang Tetua Adat bergiliran menyirami mulut dan kepala barongan juga meminumi para pemain barongan. Juru Pelihara atau Jupel situs, ibu Katemi dibantu mas Sigit, ketua desa wisata Sendang, yang berdiri mengapit Sang Tetua Adat, ikut dengan memerciki air dan kembang ke wajah para barongan. Sampai kemudian para barongan keluar ruangan dengan terlebih dulu membunyikan suara menggetak.
Itulah suasana upacara adat tradisi Siraman Barongan yang berlangsung di situs sejarah Mbah Bodo desa Sendang kecamatan Sendang Tulungagung pada tanggal 17 Agustus silam. Meski namanya Siraman Barongan, kenyataannya yang mengikuti prosesi upacara tidak cuma para pemain barongan, melainkan hampir seluruh pemain seni tradisi yang ada di desa Sendang dan desa desa sekitar, seperti para pemain Reyog Kendang Tulungagung, dan para pemain jaranan.
[caption id="attachment_320019" align="aligncenter" width="300" caption="Tiga barongan muncul di ambang halaman situs Mbah Bodo"][/caption]
[caption id="attachment_320020" align="aligncenter" width="300" caption="Mbah Soeryaniadi menyiram kepala barongan didampingi Jupel ibu Katemi dan ketua desa wisata Sendang, mas Sigit."]
[caption id="attachment_320022" align="aligncenter" width="300" caption="pemain seni tradisi Reyog Kendang Tulungagung juga ikut Siraman Barongan"]
[caption id="attachment_320025" align="aligncenter" width="300" caption="pemain seni jaranan disambut ibu Katemi"]
[caption id="attachment_320030" align="aligncenter" width="300" caption="usai disiram air kembang, barongan segera keluar ruangan"]
[caption id="attachment_320032" align="aligncenter" width="300" caption="Kabid Kebudayaan Tulungagung, Agung Prawidodo, sedang mengguyur kembang yang diciduk dari jambangan batu situs Mbah Bodo disaksikan Sang Tetua Adat Sendang"]
Agung Prawidodo, kabid Kebudayaan Tulungagung yang sejak awal harid dalam acara itu menyampaikan bahwa upacara adat tradisi Siraman Barongan yang berlangsung rutin tiap tanggal 17 Agustus merupakan potensi yang sangat luarbiasa. " Saya melihat ini satu semangat kebersamaan dan satu spiritual luarbiasa yang tumbuh dari masyarakat desa Sendang dan sekitarnya dalam rangka melestarikan tradisi dan nilai nilai yang luhur," ungkapnya.
Menurutnya, pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan akan terus mendorong dan meningkatkan kapasitas serta bersama sama masyarakat Sendang untuk memfasilitasi sedemikian rupa sehingga prosesi acara dari awal sampai akhir lebih rapi, lebih hikmat, dan meriah.
"Kedepan hanya perlu mendapat sentuhan. Kita hanya sedikit tata karena sesungguhnya sudah tertata secara natural. Namun demikian apabila ditata lagi atau dikemas, tentunya dapat menjadi satu kekayaan kebudayaan, khususnya kebudayaan dan tradisi Tulungagung," papar Agung Prawidodo.
Mbah Soeryaniadi di akhir prosesi memaparkan bahwa upacara adat tradisi Siraman Barongan sempat berganti tiga kali pelaksanaannya. Pada jaman Belanda dilangsungkan tiap bulan Juli, pada jaman Jepang berganti jadi tiap tanggal satu tahun baru, dan setelah indonesia merdeka prosesi ini berganti pelaksanaannya yaitu tiap tanggal 17 Agustus.
"Tradisi ini akan saya ganti, kok tidak berani," ungkap mbah Soeryaniadi. " Dulu pada pagi 17 Agustus tahun 1982 pernah dihapus tidak siraman, mendadak terjadi goro goro yang menimpa keluarga Pak Camat. Pada waktu itu mereka terkena sakit mendadak. Melihat kejadian itu, akhirnya saya memerintahkan pada malam itu juga diadakan siraman barongan di situs mbah Bodo."
[caption id="attachment_320035" align="aligncenter" width="300" caption="penulis Tulungagung Bunda Zakyzahratuga narsis bareng mbah Soeryaniadi, Kabid Kebudayaan Tulungagung, dan Siwi Sang di depan situs Mbah Bodo"]
Mbah Soeryaniadi berharap upacara Siraman Barongan tidak punah karena merupakan adat tradisi masyarakat. "Kalau sudah mengatakan agama, sudah lain lagi. Ini adat tradisi masyarakat, sudah turun maturun, tidak dapat diganti, tidak dapat dilah lih," terang sosok yang juga menjadi pemimpin seni jaranan Surya Saputra itu.
Prosesi Siraman Barongan berlanjut dengan arak arakan yang diikuti semua grup seni tradisi Argo Wilis yang sebelumnya menyerbu situs sejarah Mbah Bodo desa Sendang. Mereka berjalan menuju panggung kehormatan yang ditempati camat Sendang, muspika, dan para kepala desa. Setelah menampilkan atraksi beberapa babak di depan panggung, secara bergiliran mereka melanjutkan perjalanan menuju arah pasar Sendang dan berakhir di kecamatan sampai akhirnya mereka pulang ke tempat masing masing. Sudah barang tentu sepanjang perjalanan mereka para pemain seni Jaranan atau Barongan, para pemain Reyog Kendang Tulungagung, menampilkan atraksi meliuk menari diiringi lengking selompret, tetabuhan kendang kenong, gong, dan lainnya, sementara ribuan penonton menjubeli sepanjang perjalanan yang menjadi jalur pulang seluruh peserta upacara adat tradisi Siraman Barongan.
[caption id="attachment_320036" align="aligncenter" width="300" caption="mbah Soeryaniadi [baju hitam"] mengawasi pemain jaranan yang tiba dan menari kesurupan di depan panggung kehormatan."]
[caption id="attachment_320040" align="aligncenter" width="300" caption="beberapa barongan yang kesurupan tanpa dinyana menggemparkan panggung dan baru mau turun setelah dikasih makan beberapa uang kertas pak Camat Sendang"]
[caption id="attachment_320041" align="aligncenter" width="300" caption="reyog Kendang Tulungagung meninggalkan panggung"]
[caption id="attachment_320045" align="aligncenter" width="300" caption="Agung Prawidodo Kabid Kebudayaan Tulungagung"]
[caption id="attachment_320047" align="aligncenter" width="300" caption="Minggiiir! Reyog Kendang Tulungagung mau lewat! Dung dung tak! Dung dung dung tak!"]
Mereka! Eh, MERDEKA!
Dirgahayu Republik Indonesia!
___
SIWI SANG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H