Mohon tunggu...
Siwi Rusdiyanawati
Siwi Rusdiyanawati Mohon Tunggu... Guru - Guru Mapel IPS

Hobi : Membaca Novel dan Komik, Menonton Drakor dan Anime

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hasil PKP 2019

2 Desember 2022   20:10 Diperbarui: 2 Desember 2022   20:21 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran
Pola 82 JP yang diselenggarakan pada tanggal
2 Oktober 2019 s.d. 19 November 2019

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN BERBASIS ZONASI  MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN  PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MATERI AJAR PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PADA SMPN 1 LONG KALI


Dalam Program PKP yang pernah saya laksanakan, saya membuat best practice sesuai judul diatas. Dimana dalam laporan tersebut, dapat diketahui bahwa :

HASIL KEGIATAN

Hasil 

Hasil yang dapat dilaporkan dari Best Practice ini adalah :

Proses penbelajaran IPS yang dilakukan dengan menerapkan model Problem Based Learning berlangsung dengan penuh semangat. Peserta didik yang biasanya diam, ikut mengambil bagian untuk berpartisipasi dalam kelompoknya. Peserta didik menjadi aktif dalam berdiskusi maupun di dalam menjawab pertanyaan guru. Selain itu peserta didik mulai berani bertanya kepada guru maupun kepada temannya. Aktivitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak PBL menuntut peserta didik untuk aktif dan berani  berkomunikasi serta bercollaboration dengan teman dan guru.

Pembelajaran IPS yang dilakukan dengan menerapkan model PBL akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan Trasfer Knowledge.  Setelah peserta didik mengamati, membaca, menyelidiki, mendiskusikan, menyimpulkan dan mempresentasikan hasil penyelidikan, Peserta didik akan memiliki dasar pemahaman yang lebih mendalam. Pemahaman ini akan menjadi dasar dalam mempelajari pembelajaran berikutnya.

Penerapan model pembelajaran PBL, akan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis. Hal ini dapat kita lihat  dari partisipasi siswa untuk bertanya dan menanggapi topik yang dibahas dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis dalam pembelajaran tidak berorientasi HOTS, maka suasana belajar terasa membosankan, sepi, dan cenderung tegang. Peserts didik cenderung belajar sendiri -- sendiri  untuk berlomba menyelesaikan tugas dari guru. Guru hanya berpikir bagaimana peserta didik dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik, kurang peduli pada proses berpikir peserta didik.

Tidak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini disajikan selalu menggunakan pola deduktif ( diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan). Kegiatan pembelajaran yang seperti ini akan membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang diajarkan guru. Berbeda kondisinya dengan pembelajaran yang berorientasi HOTS  dengan menerapakan PBL. 

Dalam pembelajaran ini, pemahaman peserta didik tentang konsep Perubahan Sosial Budaya, benar-benar dibangun oleh peserta didik melalui pengamatan dan diskusi yang menuntut peserta didik untuk berpikir kritis.

Penerapan model PBL juga mendorong peserta didik dalam memecahkan masalah ( Problem Solving ). Model PBL dapat diawali dengan menyajikan permasalahan kontekstual  yang mampu mendorong peserta didik untuk merumuskan pemecahan masalah. Dalam menerapkan pembelajaran PBL, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa, mencari materi  dan data dari sumber lain yang relevan.

Masalah yang dihadapi

  • Masalah yang dihadapi penulis adalah peserta didik belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)  sehingga masih ada rasa kurang percaya diri dan bingung.
  • Untuk mendapatkan nilai yang baik, guru guru selalu menggunakan metode ceramah. Dengan metode ceramah,peserta didik merasa lebih percaya diri dalam menghadapi ulangan/penilaian setelah mendapat penjelasan dari guru melalui ceramah.
  • Guru tidak memiliki kompetensi yang memadai untuk membuat video pembelajaran. Padahal  selain sebagai Media Pembelajaran, video juga merupakan bentuk teks audiovisual yang juga harus disajikan sesuai dengan rumusan KD.

Cara mengatasi Masalah

  • Penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana.  Agar peserta didik yakin bahwa pembelajaran IPS dengan model pembelajaran PBL, dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran.Guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat  belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi ( Higher Order Thinking skills / HOTS ).
  • Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS akan membuat peserta didik bermotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, kesadaran bahwa belajar bukan sekedar menghafal teori dan konsep akan membuat peserta didik mau belajar dengan HOTS.
  • Kekurang kemampuan guru dalam membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan cara mengunduh video sesuai dengan KD yang akan dibelajarkan  baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar. Dengan demikian, selain menerapkan kegiatan baca  tulis, peserta didik juga dapat meningkatkan literasi digitalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun