Setiap negara tentu memiliki cerita rakyatnya sendiri. Cerita rakyat suatu negara biasanya sedikit-banyak menggambarkan kebudayaan negara asalnya. Begitu pun dengan cerita rakyat dari India yang juga memperlihatkan kehidupan masyarakat India, misalnya menyembah banyak dewa, sebagaimana digambarkan pada cerita rakyat yang berjudul "Ingin Lebih Unggul dari yang Paling Unggul" ini.
Dikisahkan dahulu kala di India ada seorang yang paling kaya di dunia. Namanya Kubera. Selain kaya, namanya terkenal di mana-mana pada masa itu. Namun, dia masih belum puas. Dia ingin agar semua orang benar-benar tahu akan keunggulannya itu.
Kekayaannya sering dibagi-bagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Tidak hanya untuk rakyat jelata, Kubera pun memberi pertolongan kepada para raja, bangsawan, dan semua orang penting dari penjuru dunia. Pokoknya, siapa pun yang butuh bantuannya ada Kubera yang siap siaga menolong. Kebaikannya tidak sampai di situ saja. Kubera rajin sekali membangun kuil raksasa dan istana indah di banyak tempat. Pesta besar-besaran sering digelarnya. Semua ini dilakukan Kubera demi menambah keharuman namanya.
Hingga suatu hari Kubera merasa bosan bergaul dan berpesta dengan sesama manusia. Maka, timbullah keinginan untuk bergaul dengan para dewa. Selama ini, salah satu dewa yang disembah Kubera adalah Dewa Siwa. Karena segala harta benda dan kemasyhuran yang dimiliki Kubera saat ini adalah berkat karunia Sang Dewa Siwa, Kubera ingin mengadakan pesta besar untuk mengucap syukur kepada Sang Dewa. Sekalian Kubera ingin mengundang Dewa Siwa sekeluarga. Namun, sebelum mendatangi Dewa Siwa, Kubera terlebih dulu menyebarkan undangan pesta itu ke para tokoh terkenal.
Setelahnya, Kubera menyepi di salah satu kuil pemujaannya. Dalam semedinya, Kubera datang menyembah Dewa Siwa. Pertama-tama, dia menghaturkan terima kasih atas karunia yang dicurahkan Sang Dewa kepadanya. Namun, masih ada satu permintaannya agar dikabulkan oleh Dewa Siwa, yaitu kehadiran Dewa Siwa sekeluarga di pesta besar yang akan digelarnya.
Meskipun tahu maksud Kubera yang sebenarnya adalah ingin pamer ke semua orang bahwa dia bisa mengadakan pesta yang dihadiri para dewa, Sang Batara tidak marah. Namun, memang Sang Batara tidak bisa menghadirinya karena sudah tua. Saat Kubera terus mendesak dan meminta agar Dewi Parwati, istri Dewa Siwa, beserta anak-anaknya saja yang datang mewakili-Nya, Sang Batara berkata bahwa istri-Nya pun tidak akan datang tanpa diri-Nya dan anak-anak-Nya tidak akan datang tanpa ibu mereka. Karena Kubera terus memaksa, Dewa Siwa tak sampai hati menolak. Akhirnya diputuskan bahwa putra Dewa Siwa yang bernama Ganapati akan disuruh-Nya datang ke pesta Kubera.
Mendengar keputusan itu, Kubera bersukacita dan cepat-cepat kembali ke rumah. Segala persiapan pesta dilakukan dengan sebaik-baiknya, karena pesta itu akan dihadiri putra Dewa Siwa, Sang Ganapati. Kubera tidak tahu bahwa Ganapati memiliki sifat nakal dan rakusnya bukan main. Perutnya selalu saja lapar.
Tibalah hari pesta itu diselenggarakan. Seluruh undangan sudah berdatangan dan tidak sabar ingin bertemu muka dengan Sang Ganapati. Karena baru kali inilah mereka bertemu dengan anggota keluarga Dewa. Namun, saat sang tamu kehormatan datang, keinginan mereka pupus. Ganapati menolak diperkenalkan oleh Kubera kepada seluruh tamu undangan. Ganapati yang bertubuh manusia dan berkepala gajah itu justru langsung minta dibawa ke meja perjamuan.
Setelah menghabiskan semua hidangan dalam sekejap mata, Ganapati memanggil Kubera dan meminta makanannya ditambah. Kubera kebingungan, karena hidangan yang disantap Ganapati seharusnya bisa mencukupi ribuan orang, tapi malah terasa kurang bagi Ganapati. Dengan panik, Kubera menyuruh para pelayannya untuk segera menyiapkan menu tambahan. Sayangnya, makanan itu masih butuh waktu untuk memasaknya. Karena tidak sabaran, Ganapati pun mendatangi dapur milik Kubera dan menghabiskan semua masakan yang masih setengah matang dan makanan yang masih mentah.
Meski begitu, dia masih saja lapar. Kubera makin kebingungan ketika Ganapati meminta terus makanan padahal sudah menghabiskan apa saja yang bisa dimakannya. Karena tuan rumah yang sudah mengundangnya makan tak sanggup lagi menyajikan tambahan makanan, Ganapati berniat ingin memakan Kubera sebagai gantinya.
Kubera langsung lari dan Ganapati mengejarnya. Kubera terus berlari menuju kuil pemujaan Dewa Siwa, dan langsung bersimpuh mencium kaki Sang Dewa. Dia memohon diselamatkan dari kejaran Ganapati. Begitu putra yang berperawakan gemuk pendek itu datang, Dewa Siwa bertanya kenapa Ganapati mengejar-ngejar Kubera. Saat mengetahui duduk perkaranya, Sang Batara menyuruh sang anak masuk mendapati ibunya untuk meminta makanan.
Saat Ganapati pergi sesuai perintah sang ayah, Kubera memohon ampun karena telah bersikap angkuh dan terlalu membangga-banggakan harta kekayaannya. Dia berjanji akan berubah.
Dari kisah Kubera ini, kita diingatkan untuk selalu bersyukur dengan apa pun yang kita miliki saat ini. Salah satu bentuk ucapan syukur atas rahmat karunia Tuhan adalah dengan menolong orang-orang di sekitar kita yang memang butuh pertolongan kita. Kita bisa memberikan apa yang kita punya sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Tetapi yang terpenting, kita memberi dengan rasa ikhlas. Bukan dengan pamrih apa pun. Entah pamrih bahwa nantinya orang yang kita tolong akan menolong kita juga di kala kita kesulitan, atau pamrih bahwa nama kita akan semakin harum dengan segala kebaikan kita.
Pesan moral lainnya yang bisa dipetik dari cerita rakyat India ini adalah jika Tuhan memberi kita kelebihan apa pun, entah itu berupa kekayaan benda, ketenaran atau popularitas, kesehatan yang sangat baik, dan atau kecerdasan, janganlah kiranya kita menyombongkan diri dalam perbuatan, perkataan, atau pun pikiran.Â
Jangan pula kita memamer-mamerkan kelebihan itu di depan orang-orang. Hendaklah kita tetap rendah hati, dan mengingat bahwa kelebihan yang kita miliki datangnya dari Tuhan. Bahwa Tuhan sanggup memberikan, dan Tuhan pun sanggup mencabut atau menarik kembali apa yang sudah diberikan-Nya kepada kita. Tidak percaya? Kita semua tentu bisa melihat contoh nyata dari kisah hidup Ayub.
Coba kita buka kembali kitab suci kita yang bercerita tentang kehidupan Ayub yang tadinya serba mewah dan berkelimpahan tapi dalam sekejap kehilangan semuanya dan bahkan tertimpa penyakit dan ditinggal mati anak-anaknya dan ditinggal pergi oleh istrinya. Nah, kisah Ayub ini bisa semakin meyakinkan kita agar tidak takabur di kala kita sedang berada di atas.
Sekali lagi, ingatlah untuk selalu bersyukur dan tetap bersikap rendah hati. Mungkin, pepatah yang berbunyi "Bak ilmu padi, kian berisi kian merunduk", juga bisa menggambarkan pesan moral terakhir ini.
Sumber cerita:
"Ingin Lebih Unggul dari yang Paling Unggul" dari Kaca dan Dewayani. Tjetje Jusuf. Penerbit PT Dunia Pustaka Jaya. Edisi Elektronik, 2020. Diakses dari iPusnas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H