Pandangan Ebi lalu terarah ke dua manusia yang sekarang sibuk mengambil madu hasil kerja keras kawanan Ebi. Perasaan kesal dan tidak terima yang muncul di hati Ebi, semakin menebalkan tekadnya untuk memberi pelajaran pada manusia-manusia itu. Dan seperti kata pepatah, jika kita menginginkan sesuatu dengan sungguh-sungguh, semesta akan membantu kita mendapatkannya. Itulah yang terjadi kemudian.
Salah satu manusia itu tanpa disangka-sangka membuka penutup kepalanya. Dia tampak kegerahan. Mungkin karena dipikirnya kawanan lebah yang tadi berhasil diusirnya, tidak mungkin kembali dalam waktu dekat ini. Maka itulah, dia berani melepaskan salah satu bagian pelindung tubuhnya itu.Â
Pikiran yang bodoh! Karena saat itu juga, mata Ebi berbinar-binar. Kesempatan yang dinanti-nantikan datang juga! batin Ebi.
Ebi menarik napas dalam-dalam. Matanya tertuju lurus ke manusia bodoh itu. Dia akan menyasar ke bagian lehernya yang tidak tertutupi pakaian. Kedua sayapnya dikepak-kepakkannya sebagai pemanasan. Dengan segera dia meluncur cepat menuju sasarannya.
Cruuttt! Sengat Ebi tertancap mulus ke daging leher si manusia bodoh, diiringi teriakan keras dari mulut korbannya. Temannya tampak kaget dan berusaha menolong. Seketika perhatian mereka berdua terlepas dari usaha pencurian madu. Si manusia bodoh korban sengatan Ebi berlari menjauh dari sarang, dan diikuti oleh temannya.
Melihat rencananya berhasil, Ebi merasa puas dan senang. Dia masih bisa terbang rendah. Tahu waktunya tidak lama lagi. Untuk terakhir kalinya, dia menatap sarang yang selama ini sudah menjadi rumah kawanannya. Walaupun tidak bisa berkumpul dengan kawanannya untuk selamanya, Ebi tetap bahagia karena mampu menjaga keutuhan hasil madu mereka.
Sebelum mendarat ke permukaan tanah dan mengembuskan napas terakhir, Ebi berharap kawanannya bisa tetap  hidup dengan selamat ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H