Saya Ingin mengajak anda sejenak bersenda Gurau dan sedikit melipir hari hiruk--pikuk kesibukan bekerja sehari--hari. Ngomong--ngomong saya ini nulis juga pas di jam kerja yang kosong.Â
Loh, kok gitu, kamu korupsi waktu, mungkin ada yang bercakap dan membatin seperti itu. Tapi ndakpapa, ini kan cuma komedi harian.
Ya kalau pekerjaan sedang kosong meskipun dikantor ada pilihan mengisi waktu luang entah membaca bahan kajian pekerjaan, me reschedjule atau membuat resume pekerjaaan, atau bahkan mengulang koreksian hasil pekerjaan kita sendiri.Â
"Ah, itu mah kalo menurut saya terlalu idealis" ujar bejo seorang karyawan yang sudah bekerja 14-an tahun dikantor ini.
Bagi bejo hidup itu setengahnya komedi dan senda gurau, jadi harus hepi, riang dan dinikmati dengan secangkir kopi pagi, kopi siang bersama rekan sejawat, dan kopi malam bersama pasangan sehari atau keluarga tercinta (yang hanya ada dalam imajinya).Â
Kebetulan saja si Bejo ini adalah pecinta kopi. Ada juga satu lagi sohib si bejo ini namanya untung tapi ndak suka kopi, lebih suka teh. Persamaan mereka sama-sama enjoy dan santai aja menghadapi hidup sebagai bahan guyonan.
Kenapa konsep nya mas bejo dan mas untung ini kok bisa bikin mereka bahagia terkekeh-kekeh, tidak sebanding dengan dunia nyata mereka, yang membuat sebagian orang akan merasa kasihan bahkan miris.Â
Oh ya sebagai informasi kalau mas bejo ini ndak seberuntung temannya. Mas bejo ini sekarang sudah berumur 42 tahun, bekerja dikantor ini udah 14 tahun lebih.
Bagian tidak bejo nya adalah, dia ini masih jomblo mohon maaf hehe. Itu yang menurut orang dia ga se bejo namanya. Lawong baru natap mata cewek saja sudah gemeteran.
Nah, kalo mas untung ini beda lagi ceritanya. Dia baru 6 tahunan lah dikantornya mas bejo ini, namun tidak seperti namanya juga. Dia ini tipikal suami-suami takut isteri jadi bentuk ke-apesan yang dilihat orang adalah. Kasihan punya isteri singkek super pelit sedunia kata teman sebelah mejanya.
Lha bagaimana tidak, dia ini tiap ke kantor Cuma bawa uang pas untuk transport dan bekal makan siang dari isterinya dalam bentuk nasi lauk sekotak tupperware masakan adinda isteri tercinta terbawel dan terr.Â
Sudah menikah 12 tahun lebih namun belum juga dikaruniai anak. Mungkin itu yang membuat isterinya selalu uring -- uringan. Untuk merokok dikator saja dia harus menyisihkan uang transport atau join mas bejo.
Ditambah lagi isterinya suka memaksa-maksa mas untung pergi ke dokter atau ke tukang jamu tersohor, karena perihal alasan internal rumah tangganya he.Â
Namun bukannya sakit hati atau marah, justeru ditanggapi mas untung dengan santai sambil ngeteh. "Lawong kita yang bikin, minta dan berdo'a sama Tuhan, ya mbok sabar. Kalo nyuruh-nyuruh aku ke dokter, ya sama aja kamu ga ragu sama Tuhan to?. Langsung piring melayang seketika.
Kalo bisa dibilang, mas bejo dan mas untung ini sahabat sekomplotan. Ya nasibnya berbeda dan kondisinya juga berbeda.Â
Namun yang menyatukan mereka begitu kompak adalah pemikiran dan sikapnya dalam menghadapi hidup yang serba lucu ini. Mereka ini ibarat nasi dan lauk, saling melengkapi.Â
Pernah suatu hari teman sekantornya mencari mereka karena sama-sama tidak masuk kantor dan tidak ijin, karena paham kebiasan dan kekompakan mereka berdua, meskipun berbeda selera tapi tetap satu jua. Teman kantornya menghubunginya kenapa mereka berdua tidak masuk. Usut- punya usut ternyata mereka berdua sedang sakit di waktu yang bersamaan.
Yang membuat saya kadang tertegun dan kagum adalah, bagaimana tegarnya mas bejo yang udah kepala 4 masih begitu enjoy menyendiri. Karena tidak kesampaian nanya langsung akhirnya saya tanyakan ke mas untung sohib nongkrongnya, kenapa bisa begitu.Â
Kata mas untung, mas bejo ini pernah patah hati di usianya pas sekira 30an. Ceritanya begini, dulu dikantor sempat ada seorang gadis pindahan baru ke kantor mereka.Â
Dijelaskan dengan detail kalau gadis itu parasnya cantik, tinggi, putih, semampai dan berambut lurus dengan body yang proporsional, pas sekali dengan kriteria idaman mas bejo.
Namun waktu itu semenjak mas bejo mengutarakan maksud hatinya ke adinda junior yang diidam-idamkannya itu, hasilnya Nihil wkwk.Â
Gadis itu menolak halus dan mengatakan sudah punya calon, padahal mas untung tahu si adinda pujaan bejo masih single bebas transfer wkwk. Mungkin memang ndak tertarik sama bejo yang memang ndak punya daya tarik hehe.
Sebagai teman mas untung hanya bisa menghibur tanpa menyampaikan fakta yang akan menggores hati beserta ampela bejo.Â
Semenjak itu dia merasa cinta sejatinya pupus dan belasan tahun tidak lagi pernah menemukan gadis yang cocok, meski sering dijodoh-jodohkan dengan teman sekantornya. Mendengar itu saya sontak ketawa kepingkal-pingkal sampai aqua gelas didepan meja saya jatuh kesamplak.
Kembali mas untung melanjutkan. Meskipun begitu mas bejo ini bukannya patah hati atau sudah anti dengan gadis. Memang sehabis ditolah sempat drop tapi tidak berlangsung lama. Dia masih normal hehe. Malah dia menganggap Tuhan sedang membecandainya.
Katanya "kalau Tuhan saja sedang mengajak becanda kita ya Ketawa dong, masa meratapi nasib / memelas.
Berlanjut ke,
"Kalau mas untung sendiri bagaimana menyikapi hidup yang memiliki seorang isteri yang mohon maaf seperti itu kata orang, tanya saya. Ternyata jawabannya lebih membuat tertegun
Kata mas untung, "pandangan orang-orang tentang dirinya itu sebenarnya tidak salah. Ndakpapa itu versi mereka karena mereka mengalami kehidupan versi mereka, kalau mereka mengalami hidup versi saya belum tentu mereka bisa tertawa sambil bercanda".
Kalau ada yang bilang isteri saya itu udah galak, pelit. Saya suka timpalin, "itu kan menurut versimu kalau menurut versiku isteriku itu ladang pahala karena aku harus bersabardan memberikan kasih sayang dalam bentuk lain kepadaku". WkwkÂ
Saya langsung ketawa ndak ketahan mendengarnya. Karena saya juga akan ada di posisi yang mengatakan isteri mas untung ini bener-bener amit deh.
Tapi ya sudahlah. Saya termangu-mangu kok bisa ya mereka berdua ini sebegitu menganggap entengnya hidup dengan masalahnya dikonversi menjadi kebahagiaan sejati yang tidak nampak ke permukaan secara utuh.
Usut punya usut dalam hidup bersosial masyarakat kita saat ini, ternyata standar umum kebahagiaan itu adalah Materi bukan Imateriil dalam kesepahaman masyarakat secara umum.
Materi itu ya mencakup, ekonomi, pendidikan, rumah, kendaraan ataupun keperluan-keperluan lainnya seperti terpenuhinya hobi mahal, atau keberlimpahan finansial.Â
Nah, dari situ standar pendidikan formal juga menanamkan kalau sehabis lulus harus bla-bla. Dan itu tersistem struktur dan terkotak-kotak.Â
Termasuk saya sendiri menyadari belasan tahun bersekolah formal secara tidak sadar membuat saya memiliki keterbatasan dalam hal mengambil resiko, atau berinovasi.
Bukan berarti sistem pendidikan kita mutlak keliru loh ya. Dalam diversifikasi hidup kita tetap membutuhkan kecakapan orang dengan keahliannya masing -masing.Â
Namun yang saya renungkan adalah. Kenapa dari ratusan orang yang pernah saya temui hanya segelintir satu, atau dua yang benar-benar seperti mas bejo dan mas untung ini. Yang secara kasat mata hidupnya ga beruntung dan rada apes dalam sisi pandang yang lain. Dengan pendidikan tinggi namun standarnya komedi wkwk.
Yassalam siang- siang hujan sudah mulai deras, saya segera tersadar dari lamunan. Pastinya konsep hidup harus riang ini harus saya terapkan. Karena bagaimanapun juga kebahagian itu adalah kita sendiri yang mencuptakan dari dalam, dan ini tentang sikap.
Bealajar dari mas bejo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H