Mohon tunggu...
Siva NurAmalia
Siva NurAmalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hello I hope I can Help You

Hallo, I am Siva Nur Amalia Kusnandang, in here I want share what i get in University, I hope its will help you

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hubungan Indonesia dengan Inggris melalui Diplomasi Alutsista

15 Januari 2022   15:43 Diperbarui: 17 Januari 2022   09:44 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari ini saya akan menulis mengenai Diplomasi alutsista antara Indonesia dengan Inggris. Tulisan ini bertujuan untuk menyelesaikan Ujian Akhir Smester matakuliah Teori Hubungan Internasional. Selain itu saya berharap tulisan ini mampu membantu para pembaca mengetahui informasi baru melalui tulisan ini.

saya mengambil topik diplomasi alutsista Indonesia dengan Inggris karena diplomasi ini memberi banyak keuntungan bagi Indonesia terutama pada bidang ketahanan militer. Dimana jika di lihat dr teori realisme salah satu faktor negara bisa menjadi maju jika pertahanan militernya kuat. Oleh karena itu saya mengambil topik ini untuk menjadi bahan penulisan agar mampu memberi informasi bagi pembaca mengenai kerjasama militer yang memang menguntungkan bagi Indonesia.

Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia atau Alutsista merupakan salah satu alat yang digunakan negara untuk mengukur seberapa kuat suatu militer negara tersebut. Semakin canggih dan kuat alutsista yang dimiliki maka akan dianggap semakin kuat pertahanan negara tersebut pada bidang militer. Oleh karena itulah banyak negara yang melakukan diplomasi pada bidang alutsista dan melakukan berbagai kerja sama guna memperkuat pertahanan dan mencapai tujuan nasional suatu negara.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Inggris dimulai dengan adanya gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda. Inggris memegang peran penting dalam perjanjian yang menyangkut Indonesia dan Belanda ini menjadi pihak yang menengahi dalam pertemuan untuk merundingkan Perjanjian Linggarjati yang menghasilkan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto dan juga Belanda harus meninggalkan Indonesia paling lambat pada 1 Januari 1949. Namun perundingan ini malah menimbulkan agresi militer pertama pada 20 Juli 1947. Kemudian Indonesia dan Belanda melakukan perundingan-perundingan lain untuk menghasilkan kesepakatan baru dan menghentikan gencatan senjata yang dilakukan oleh kedua negara (Djoko Setiadi. Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat.)

Pada 1949, Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi kepada Indonesia dan Belanda untuk segera menonaktifkan semua kegiatan militer. Pada Konferensi Meja Bundar (KMB) Indonesia dan Belanda setuju untuk mengakhiri konflik yang sedang berlangsung pada 23 Agustus 1949. Pada Desember 1949 Indonesia membuka hubungan diplomatik secara bilateral dengan Inggris.

Setelah terjalinnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Inggris, Indonesia yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden Soekarno cenderung lebih memperkuat kerja sama dengan blok timur. Hal ini membuat Indonesia memandang buruk blok barat termasuk Inggris (dahulu Britania Raya) karena sikap kolonialismenya. Adanya pembentukan Negara Federasi Malaysia dengan Inggris pun semakin memperburuk hubungan antara Indonesia dan Inggris. Presiden RI, Soekarno mencurigai bahwa alasan dibentuknya Federasi Malaysia adalah ide dari negara neokolonialisme untuk menyudutkan Indonesia (Ilahi Anugerah (2021). Perjuangan Diplomasi Indonesia)

Pada era pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia dengan Inggris tidak memiliki hubungan yang baik. Namun, setelah turunnya Soekarno dan digatikan oleh Soeharto, hubungan Indonesia dan Inggris perlahan mulai membaik dan salah satu alasannya adalah Soeharto cenderung lebih memihak blok barat. Ratu Elizabeth melakukan kunjungan ke Indonesia pada 1974 menandakan sebagai hal yang baik untuk kedua negara ini. Pada saat itu Inggris juga banyak membantu Indonesia. Sejak saat itu hubungan antara kedua negara ini semakin erat dan menjadi rekan kerja yang menguntungkan.

Di era reformasi pun hubungan antara Indonesia dan Inggris masih berjalan dengan baik. Pada 2018, Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu memiliki agenda pertemuan dengan Menteri Muda dari Inggris untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dengan membangun kemitraan bersama Indonesia. Saat ini kerja sama yang sudah berjalan antara Indonesia dan Inggris terdapat MoU AL kedua negara, namun Pemerintah Inggris berharap dapat meningkatkan kerja sama dengan TNI AD dan AU untuk membangun sistem pertahanan yang kuat melalui latihan bersama untuk menghadapi serangan teroris. Indonesia menyikapi tawaran inggris dengan positif untuk mengembangkan kemitraan dalam kerja sama pembangunan kapal perang jenis fregat (Kementrian Pertahanan Republik Indonesia (2018))

Kebijakan dalam alutsista ini menggunakan kebijakan MEF (Kekuatan Pokok Minimum/Minimum Essential Force), MEF adalah suatu proses untuk memodernisasi alat sistem pertahanan Indonesia. Kebijakan MEF bertujuan untuk mewujudkan kebijakan pembangunan pertahanan yang ideal dan kebijakan MEF hanya untuk pemenuhan kebutuhan pertahanan Indonesia, bukan untuk perlombaan senjata.

Terdapat empat elemen pembangunan MEF yang pertama, Rematerialisasi, elemen memiliki tujuan guna menekankan pemenuhan tabel organisasi serta peralatan, kedua Revitalisasi, Revitalisasi merupakan peningkatan yang sudah disesuaikan dengan perkembangan ancaman di wilayah penempatan, kemudian Relokasi merupakan pengalihan personil dari satu wilayah ke wilayah lain yang berpotensi tinggi terjadinya berbagai ancaman, lalu yang terakhir adalah Pengadaan yang berarti pembangunan satuan baru personil serta alat-alat. Keempat elemen tersebut yang disebut sebagai flash point yang artinya bagian dari wilayah Indonesia yang telah diidentifikasi sebagai salah satu daerah yang berpotensi tinggi terjadinya banyak ancaman.

Salah satu kebijakan terkait dengan alutsista terdapat pada UU No.16 Tahun 2012. Dalam undang-undang tersebut diamanatkan kepada BUMN bahwa industri pertahanan menjadi lead integrator pembangunan alutsista seperti PT PAL Indonesia yang menjadi lead integrator dalam pembangunan alutsista laut. Jadi, kebijakan MEF ini dibangun guna mengakomodasi industri pertahanan Indonesia serta mengembangkan dan memodernisasi kekuatan pertahanan Indonesia agar menjadi lebih efektif dalam menjalankan tugas perdamaian negara.

Pada tahun 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri dari Inggris yakni David Cameron. Pada pertemuan tersebut dibahas bahwa Indonesia dan Inggris membuat kerja sama baru dari sektor perdagangan, perubahan iklim, pendidikan, dan juga keamanan. Kedua negara ini melakukan kerja sama dalam industri keamanan dengan melakukan modernisasi aset keamanan. Presiden Prabowo juga berencana untuk membeli alutsista dari Inggris yakni Star Trek atau peluncur penangkis serangan udara, multi launcher rocket. Selain itu juga ada pesawat Airbus. Sebelumnya pun Indonesia sudah membeli pesawat tempur dari Inggris berupa Hawk pada tahun 1980-an dengan tipe Hawk Mk 53. Dan pada 1997 Indonesia membeli Hawk Mk 109/209 untuk TNI AU (BAE Hawk 209).

Lalu pada 2021, Menhan Prabowo membeli pesawat Airbus A400M yang akan menjadi aset nasional dan memiliki peran penting dalam menangani misi bantuan manusia dan tanggap bencana. Pesawat ini akan digunakan oleh TNI AU dalam konfigurasi multirole tanker dan transpor. Menhan Prabowo juga bekerja sama dengan Pemerintah Inggris untuk memproduksi kapal fregat Arrowhead 140. Kapal ini akan diproduksi di Indonesia oleh PT PAL Indonesia, kapal yang diproduksi akan di desain khusus dengan spesifikasi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Laut Indonesia.

Dalam diplomasi pertahanan alutsista ini terdapat beberapa aktor, bukan hanya Indonesia dengan Inggris saja tetapi ada juga dengan perusahaan PT PAL (Persero), Babcock International, Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jeknis, Menteri Pertahanan (Menhan) Inggris Rt Hon. Ben Wallace MP., serta Kaharuddin Djenod selaku Dirut PT PA. Diplomasi pertahanan yang bertujuan untuk memperkuat dan memodernisasi alat utama sistem persenjataan alutsista dengan Inggris yang dilakukan oleh Menteri Pertahanan, Prabowo selama dua tahun belakangan ini. Pada tahun pertama menjabat sebagai Menhan, Prabowo memperkuat diplomasi bidang pertahanan dengan negara-negara sahabat, termasuk Inggri (Dua Tahun Jokowi-Ma'ruf, Diplomasi Pertahanan dan Modernisasi Alutsista).

Diplomasi yang terjalin ini pun menghasilkan hubungan baik dengan Inggris dan memperkuat hubungan kerja sama di bidang persenjataan. Pada kunjungan Prabowo ke Inggris, Prabowo memboyong alutsista mutakhir, antara lain pesawat multi-role tanker transport, pesawat angkut C-130J, pesawat tanpa awak atau unmanned combat aerial vehicle (UCAV) dengan kemampuan medium altitude long endurance (MALE). Merujuk dokumen Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2021, Indonesia rencananya akan memboyong 36 unit pesawat Rafale dan 8 unit pesawat F-15 EX. Diharapkan, 6 unit F-15 EX sudah tiba di Tanah Air sebelum 2022. Beberapa waktu lalu, PT PAL Indonesia (Persero) mengantongi lisensi untuk memproduksi kapal perang canggih fregat Arrowhead 140 dari perusahaan Inggris, Babcock. Penandatangan lisensi tersebut disaksikan langsung Prabowo dan Menhan Inggris, Ben Wallace di London, Inggris. Dengan penguatan industri pertahanan atau militer dalam negeri telah menciptakan alutsista dan di sebut sebagai karya anak bangsa.

Kerjasama Indonesia dengan Inggris jika kita lihat melalui teori The Decisions Making Process yang merupakan suatu proses pemikiran dalam pemilihan dari beberapa alternatif atau kemungkinan yang paling sesuai dengan nilai atau tujuan individu untuk mendapatkan hasil atau solusi mengenai prediksi kedepan. Dengan kemampuan Menteri Pertahanan Prabowo dalam berkomunikasi, beliau mampu melakukan diskusi langsung dengan para petinggi-petinggi dan menteri pertahanan negara-negara maju sehingga hasil dari kunjungan Prabowo ke Inggris tepatnya di London, berhasil membawa kapal perang ke Indonesia dari Kerajaan Inggris dengan tujuan untuk memperkuat alutsista di Indonesia. Kapal perang tersebut merupakan jenis kapal Fregat tipe Arrowhead 140, yang dimana kapal ini adalah kapal ringan yang memiliki kecepatan sangat tinggi serta dilengkapi teknologi-teknologi canggih dan dilengkapi dengan rudal-rudal anti pesawat sehingga kapal tersebut dapat bertahan terhadap ancaman udara dan laut.

Kemudia jika di lihat melalui Teori Diplomasi Pertahanan. Maka Isu terkait kerjasama Alutsista Indonesia dengan Inggris sangat tepat. Hubungan Diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia dengan Inggris merupakan kerja sama bilateral. Di lakukan oleh militer yang diwakili oleh Mentri Pertahanan Bapak Prabowo. Dalam diplomasi yang sedang dijalin oleh Indonesia dengan Inggris jika dilihat dari kacamata Teori Diplomasi pertahanan ini, Indonesia sedang mencari perimbangan persenjataan dengan negara sekitar serta guna menciptakan stabilitas kemandirian dan pertahanan bagi Indonesia. Berhasil tidaknya pelaksaan diplomasi ini bergantung pada upaya diplomatik yang akan dilakukan pada tingkat internasional, regional, dan bilateral. Namun selama ini, Diplomasi yang terjalin dapat dikatakan berhasil karena program kerja sama yang dilaksanakan Indonesia dengan Inggris selain pembelian pesawat dan kapal perang berjalan dengan baik. Tidak ada sengketa yang terjadi sejauh ini atas kerja sama Indonesia dengan Inggris.

Dalam Diplomasi yang sedang di jalankan dengan Inggris, Indonesia sedang mencari perimbangan persenjataan dengan negara sekitar untuk menciptakan stabilitas kemandirian dan pertahanan bagi negaranya. Berhasil tidaknya pelaksaan diplomasi ini bergantung pada upaya diplomatik yang akan dilakukan pada tingkat internasional, regional, dan bilateral. Namun selama ini, Diplomasi yang terjalin dapat dikatakan berhasil karena program kerja sama yang dilaksanakan Indonesia dengan Inggris, selain pembelian pesawat dan kapal perang berjalan dengan baik. Tidak ada sengketa yang terjadi sejauh ini atas kerja sama Indonesia dengan Inggris.

Dapat kita tarik kesimpulan bahwa Diplomasi pertahanan alutsista antara Indonesia dan Inggris dapat dikatakan berhasil. Karena Indonesia mampu mengembangkan pertahanan alutsista sesuai dengan tujuannya dengan membeli peralatan dari negara lain dan mendapat keuntungan yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan keamanan domestik yang dapat mendukung kepentingan di sektor pertahanan Indonesia demi menjaga pertahanan dan keamanan negara, menghindari konflik bersenjata, menciptakan perdamaian, dan mempertahankan negara dari serangan pihak luar. Dengan kerja sama ini, hubungan Indonesia dan Inggris pun semakin kuat dan erat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun