Mohon tunggu...
sitti sarifa kartika kinasih
sitti sarifa kartika kinasih Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

ibu rumah tangga yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sampah Jogja Menumpuk, Pilih Teknologi 1 M Milik Anak Bangsa atau 50 M?

28 Juni 2024   15:57 Diperbarui: 3 Juli 2024   17:34 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Apabila hanya menggunakan teknologi mekanis biologis, ada kemungkinan pengelolaan sampah di Gunungkidul tidak akan optimal dalam tahun-tahun mendatang. Pilihan itu menjadi dilematis. Pasalnya, Wiyani mengaku biaya operasional TPST RDF mahal. TPST RDF dengan kapasitas pengolahan sampah 20 ton per hari, biaya operasional dapat mencapai 10 miliar rupiah per tahun. Adapun pengelolaan sampah konvensional hanya sekitar 5 miliar rupiah (harianjogja.com, 2024).

Pada tungku buatan Pak Sigit, sampah basah seperti bekas pampers atau kain pel menurutnya justru bagus. Hal itu disebabkan kadar air pada sampah tersebut dapat menambah besarnya api. Molekul-molekul air yang pecah meningkatkan nyala api, menurut Pak Sigit. Beliau mengambil contoh kebakaran, yakni apabila disiram dengan air yang kurang, justru membuat api lebih besar (Iskan, 2023). Selain itu, masyarakat sekitarnya pun tidak ada yang merasa terganggu karena asap yang keluar sudah bersih, ramah lingkungan. Dengan banyaknya kunjungan ke Desa Taji, sebetulnya menjadi bukti bahwa teknologi pengolahan sampah yang diciptakan oleh warga Magetan ini sangat bagus.

Diterangkan juga bahwa TPS yang dibangun Pak Sigit ini pembangunannya berlangsung 7 bulan (magetan.go.id, 2023). Dibandingkan dengan RDF, waktu pembangunannya mungkin sekitar 1 tahun apabila dianggap sama dengan pembangunan RDF di kota Cilacap yakni TPST Jeruk Legi yang mulai dibangun pada 2017 dan telah diuji coba pada 2018 dengan total nilai proyek 84 miliar rupiah (antaranews.com, 2024).

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com

Tungku pak Sigit tersebut juga sangat layak untuk dijadikan solusi untuk permasalahan TPSS Gadingsari. Pemkab Bantul akan menutup tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) Gadingsari, Sanden, pada pertengahan Juni 2024 karena sudah hampir penuh dan sedang disiapkan lokasi lain menurut Kepala DLH Bantul, Bambang Purwadi Nugroho. TPSS yang sedang direncanakan tersebut akan beroperasi sementara, menunggu pembangunan TPST. Namun diakuinya sosialisasi belum selesai, masih berkoordinasi dengan warga dan menunggu hasil perumusan opsi-opsi alternatif lokasi TPSS dari Pak Lurah Srimulyo. Disebutkan bahwa DLH memerlukan lahan 2.500 hektar. TPSS yang akan dibangun rencananya memiliki konsep sampah yang datang akan di-urug (Kompas.com, 2024).

Tungku Pak Sigit tersebut sangat efektif apalagi dikaitkan dengan kesulitan mencari dana untuk membangun RDF. Untuk kota-kota yang telah memiliki biaya cukup dan memang telah membangun RDF, hal itu mungkin tidak menjadi masalah. Akan tetapi bagi kota yang masih memiliki masalah sampah dan bermasalah pula dalam hal pendanaan dan lokasi, bukankah lebih baik menggunakan cara yang efektif dan juga memanfaatkan teknologi milik anak bangsa sendiri. 

Semoga bukan karena underestimate terhadap buatan anak bangsa. Sebab bahkan saat ini sudah ada mesin pemusnah sampah buatan Indonesia yang menembus pasar Jepang, yaitu buatan PT Indopower Internasional yang telah mengekspor mesin pemusnah sampah canggih sistem pirolisis gasifikasi-Sistem Konversi Limbah Lanjutan (Advance Waste System/AWS) ke Jepang (detikinet, 2024).

Namun solusi tungku oksidator Pak Sigit ini tidak boleh mengesampingkan upaya-upaya yang sudah ada saat ini untuk mendaur ulang sampah organik menjadi kompos maupun daur ulang lainnya. Solusi ini sebaiknya diterapkan untuk sampah yang benar-benar dianggap residu. Selama masih mampu untuk mengomposkan dan beragam usaha lainnya, tidak perlu masuk TPST kan?!

Sumber: dokumen pribadi
Sumber: dokumen pribadi

                                                                                                                         

Sumber Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun