Mohon tunggu...
sitti sarifa kartika kinasih
sitti sarifa kartika kinasih Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

ibu rumah tangga yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Krisis Global Akibat Industri Plastik (Broken) Bagian 2

9 Oktober 2023   06:07 Diperbarui: 9 Oktober 2023   07:21 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film "Broken" ini terdiri dari banyak episode, yaitu Makeup Mayhem, Big Vape, Deadly Dressers, dan Recycling Sham. Tulisan ini hanya membahas tentang episode Recycling Sham yang menceritakan tentang seluk beluk sampah plastik, daur ulang, dan beberapa solusinya. Film ini disutradarai oleh Sarah Holm Johansen dan Steve Rivo. Ditayangkan pertama kali pada tahun 2019.

Bagian tengah dari film ini menceritakan bagaimana warga negara di AS mulai bergabung dalam perjuangan melarang tas plastik. Kota Texas memutuskan untuk membersihkan lingkungannya sendiri. Kota Laredo adalah kota perbatasan di Texas Selatan. Kota ini sangat dinamis dan cepat tumbuh. Sembilan puluh lima persen penduduknya orang Hispanik (Tricia Cortez, Executive Director Rio Grande International Study Center). Organisasi RISC ada untuk membela sungai di kota mereka.

Rio Grande memasok air ke banyak tempat hingga 6 juta orang. Banyak komunitas di sepanjang perbatasan dan itu satu-satunya sumber air minum. Sungai ini salah satu dari 10 sungai paling terancam di dunia. Alasan utama adalah kekurangan pasokan air dan alasan kedua adalah polusi. Awal tahun 2000-an, banyak orang di Laredo mulai melihat sejumlah besar kantong plastik mengotori kota. Kantong plastik ada dimana-mana di sepanjang jalan dan lahan kosong. Di sungai, sepanjang tepi sungai, dan di saluran badai (Tricia Cortez).

Tricia menjelaskan bahwa menurut perkiraan global, sebanyak hingga 5 triliun kantong plastik digunakan setiap tahun. Maka itu sama dengan 160.000 per detik. Dengan pendapatan 39,2 miliar dolar AS per tahun untuk para pembuat tas plastik.

Kota dimana Tricia tinggal saja telah mengkonsumsi 120 juta kantong plastik sekali pakai setiap tahun. Berharap mengurangi sampah, beberapa warga Laredo punya ide. Meminta kota meloloskan undang-undang yang melarang kantong plastik. Rapat publik dan dengar pendapat mulai terjadi, untuk mendapatkan peraturan pembatasan kantong plastik ini. Ada banyak ketakutan, pertanyaan, dan kekhawatiran (Tricia Cortez).

Pedagang di pusat kota, kelompok kecil kelompok vokal, pergi ke banyak pertemuan dengar pendapat ini dan mereka menentang hal itu. Walwart adalah bagian dari Asosiasi Pengecer Texas. Mereka berpihak pada posisi Asosiasi Pengecer dalam masalah ini. Asosiasi Pengecer Texas menentang segala jenis larangan diskriminatif atas kantong plastik. Argumen mereka adalah ini akan berdampak buruk pada ekonomi, pada ritel ekonomi pusat kota Laredo.

Saat perdebatan berlanjut, suara baru dari luar Laredo ikut dalam keributan. American Chemistry Council adalah kelompok kuat yang mewakili perusahaan minyak dan gas. Di seluruh negeri, larangan kantong plastik menjadi tren. San Francisco pertama kali melakukannya tahun 2007, diikuti oleh kota lain, termasuk Seattle. Hal terakhir yang diinginkan industri plastik ialah bahwa kota di negara bagian Texas melarang salah satu produknya yang paling menguntungkan. Bahkan sebelum Laredo melakukan pemilihan, kota lainnya mengikuti yaitu Brownsville (Tricia Cortez).

Sumber: Netflix
Sumber: Netflix

Di bawah larangan itu, penggunaan plastik dilarang di sebagian toko di Brownsville. Artinya pembeli harus menyediakan tas mereka sendiri. Walikota Austin mengatakan Austin harus bertanggung jawab dan melarang penggunaan plastik.

Perwakilan industri plastik yang berbasis di Washington DC, Donna Dempsey, perwakilan dari Progressive Bag Affiliates dari American Chemistry Council (produsen kantong plastik, produksi resin dan pendaur ulang plastik) menerangkan dalam acara dengar pendapat, "Pak walikota, anggota dewan, dan staf, sekali lagi kami dengar ini masalah pusat kota, tapi tidak. Kantong plastik bisa digunakan kembali oleh konsumen. Jika kau menghilangkannya, orang harus membelinya."

Ketika tiba saatnya mosi menerima pembacaan akhir pada Laredo City Council Meeting, 2 Juni 2014, dimana peraturan kantong plastik dilakukan pemungutan suara, kebanyakan orang di kota mendukungnya (perwakilan beberapa distrik). Dengan enam banding satu suara, Dewan Kota Laredo meloloskan peraturan. Tahun itu, mereka melihat perubahan yang sangat jelas.

Sumber: Netflix
Sumber: Netflix

Larangan kantong itu telah membersihkan sungai mereka. Kau tak melihat kantong plastik berserakan setiap titik di sisi sini atau sisi sebelah sana. Pengecer dan toko tidak bangkrut karena ini terjadi. Orang-orang selamat tanpa tas plastik dan mereka baik-baik saja. Namun rupanya masih ada perlawanan.

Chris Peterson (Attorney) menjelaskan bahwa awalnya dia didekati oleh Les Norton, kira-kira dua minggu sebelum peraturan diberlakukan. Hanya butuh 15 menit untuk menemukan hukum negara bagian yang mencegah kota melakukan peraturan itu.

Pedagang Laredo menggugat kota, menduga larangan tas itu melanggar undang-undang pembuangan limbah negara yang melarang kota mengatur kontainer/wadah. Mereka berdebat bahwa kantong plastik adalah wadah. Ini adalah undang-undang dari tahun 80-an, awal 90-an, bahwa industri botol berhasil melewati badan legislatif Texas. Jadi mereka mendukung hukum untuk mengatakan, "Kau mengatur kontainer, dan kau melanggar hukum negara bagian."

Kasus ini berakhir di Mahkamah Agung Texas State, Austin. Dan saat ini, para pedagang sekali lagi merekrut sekutu yang kuat. Asosiasi Pedagang Ritel Negara Texas mengajukan laporan. Berbagai kelompok ritel mengajukan laporan. Kelompok industri kantong plastik, mereka mengajukan laporan untuk mendukung posisi. Jaksa Agung Texas juga bergabung dengan upaya melarang pemakaian plastik (Marc Rylander-Texas Attorney General's Office).

Banyak pendukung larangan itu merasa bahwa gugatan para pedagang sebenarnya didanai oleh industri petrokimia. Mereka punya rombongan hukum besar dengan para pengacara di berbagai penjuru. Jadi Tricia hanya bisa membayangkan uang industri yang masuk ke pertarungan mereka.

Akan tetapi hal itu dibantah oleh Chris Peterson (Attorney), "Aku dibayar oleh klienku. Etikku dalam kasus ini hanya para pedagang. Aku tak kerja untuk industri plastik, mereka bukan klienku. Itu bukan kewajiban etisku dalam kasus ini."

Penduduk kota masih berkata, "Kami pikir kami punya kesempatan." Pertanyaan yang diajukan dalam banding ini adalah apakah peraturan larangan tas sekali pakai di Laredo itu sah dan tidak dilarang (Mr. Dale Wainwright, Greenberg Taurig, LLP). Chris menjelaskan bahwa hal ini ternyata tidak hanya berdampak pada kota Laredo saja, tetapi juga berdampak di seluruh negara bagian apakah larangan ini legal di berbagai kota atau daerah di negara bagian Texas.

Untuk industri petrokimia, ada banyak yang dipertaruhkan daripada sekedar kantong plastik. Jika pengadilan memutuskan kota-kota seperti Laredo bisa melarang tas, tak akan ada yang bisa hentikan mereka melarang hal lain yang tak mereka inginkan di kota mereka, seperti pengeboran minyak atau fracking. Pada Juni 2018 Mahkamah Agung Texas memutuskan bahwa kebijakan Laredo melarang kantung plastik telah melanggar hukum negara bagian. Sangat menyedihkan.  

Enam bulan setelah keputusan MA, penanam saham utama yang bekerja untuk larangan plastik bertemu untuk membahas langkah selanjutnya. Kota memilih untuk melakukan sesuatu. George Altgelt (City Council Member, Laredo Texas) mengomentari bahwa Mahkamah Agung Texas mengingat kedok konservatifnya benar-benar mendorong keras agar industri plastik tak rugi. Dia berkata bahwa sudah waktunya mereka ke Austin dan membiarkan suara mereka didengar sekali lagi melalui proses legislatif.  Untuk saat ini pendukung larangan tas ini akan fokus pada mengeluarkan undang-undang di tingkat negara bagian.

"Aku sudah tinggal di Laredo selama 36 tahun, dan kurasa itu hal paling positif yang pernah kulihat di kota ini." (Tom Vaughan, Advisory Board, Rio Grande International Study Center).

Film yang bisa ditonton di Netflix ini sangat menarik melihat bagaimana pertentangan antara pendukung plastik sekali pakai dan oposisinya sama-sama berjuang di ranah hukum.

Tulisan sebelumnya bisa dibaca di sini https://www.kompasiana.com/sittikinasih/651f21aea7e0fa246a37c082/film-krisis-global-akibat-industri-plastik-broken-bagian-1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun