Mohon tunggu...
Sitti Hasanah
Sitti Hasanah Mohon Tunggu... Teknisi - LOVE, LIVE AND SOUL

Kupu.kupu di padang illang tak berujung...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keluarga Dini: Teman adalah Kado Spesial Untukmu

27 Februari 2021   18:48 Diperbarui: 27 Februari 2021   18:54 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

(Ar Rahman QS:55)

Sore itu, sepulang kantor aku menemukan suasana rumah tidak seperti biasa, saat memberi salam yang terdengar hanya jawaban dari istriku. Ketiga anakku tak ada di ruang tengah. Biasanya saat aku pulang suara mereka ikut menjawab dengan riuh, si bungsu Buyung dan Bayu, anak keduaku bahkan tak berlari menyambutku.

Mereka biasanya rebutan mengambil barang bawaanku, karena hari ini seperti hari-hari lainnya aku membawakan mereka martabak manis kesukaan serumah. Dini yang biasanya sedang mengerjakan PRnya di ruang tengah atau muroja'ah ditemani bundanya, juga tak kelihatan batang hidungnya.

"Anak-anak pada kemana, Bun?" tanyaku sambil meletakkan barang bawaanku dimeja. Kubuka kaos kakiku dan mengenakan sendal jepit yang hanya khusus dipakai dalam rumah. Kebiasaan kami serumah, sepatu dilepas sejak dari pintu, dan diletakkan di rak khusus sepatu pas depan pintu, ini untuk menjaga agar kotoran yang mungkin ikut terbawa dari luar tidak ikut masuk ke dalam rumah.

"Tuh, pada di kamar Dini. Bayu sama Buyung lagi menghibur kakaknya?" Jawabnya sambil mengambil kaos kaki yang kulepaskan tadi dan meletakannya dikeranjang tak jauh dari rak sepatu tersebut.

"Memangnya ada apa? Nggak seperti biasanya?"

" Itu, yah. Dini tadi bertengkar dengan temannya di sekolah."

"Karena temannya, nggak sengaja membaca tulisannya tentang Ayah di buku diarynya."

"Loh, kok bisa? Memangnya buku diarynya dibawa ke sekolah gitu?" tanyaku lagi.

"Iya, yah. Kata Dini, sih nggak sengaja kebawa, terus pas disekolah tasnya kebuka gitu saat istirahat, temannya lihat, dan membacanya."

"Nah, saat masuk kelas, kedapatan sama Dini. Dini marah, bertengkarlah mereka, sampai didengar guru kelas lalu disetrap, disuruh berdiri depan kelas, berdua. Dini ngambek karena merasa bukan berada di pihak yang salah. Mencak-mencak sejak tadi. Akhirnya nggak muroja'ah. Bunda biarin dulu, biar tenang, karena percuma muroja'ah. Nggak bakalan masuk hafalannya."

"Tapi, PRnya sudah, kok. Setelah selesai ngerjain PR, Bunda suruh masuk kamar biar marahnya reda dan instropeksi diri dulu." Lanjutnya menjelaskan.

"Oh, gitu. Maghribnya gimana?"

"Sudah, juga. Tadi Bunda suruh mereka shalat bertiga, Diimamin sama Bayu. Bunda nunggu Ayah untuk berjama'ah."

"Baiklah, kalau gitu Ayah, siap-siap dulu ya, entar baru Ayah samperin mereka, takut waktu maghribnya kelewat."

Aku masuk kamar untuk mandi dan bersiap-siap shalat Maghrib. Aku memang membiasakan diri untuk selalu shalat berjam'ah bersama keluarga kecilku saat Maghrib dan Subuh. Isya berjama'ah ke mesjid dengan pertimbangan Isya lebih panjang waktunya buat bisa bersosialisasi bersama warga sekitar.

Maghrib dan Subuh untuk keluarga, agar anak-anakku bisa punya waktu bersama dengan diriku. Kecuali saat Sabtu dan Minggu, diwaktu itu aku biasanya shalat berjama'ah di masjid sejak Maghrib, karena ada pengajian bareng bapak-bapak sekitaran kompleks. Subuh, Lohor, dan Ashar jama'ah di rumah, sekalian quality time bareng mereka.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun