Memilih lima dari 75 buku yang saya baca di tahun ini bukan hal sulit. Seperti kita sepanjang hidup makan, pasti ada beberapa hidangan yang sensasinya tersimpan di laci ingatan, meski semua ujung-ujungnya berakhir di lubang pembuangan.
Omong-omong, ini dia lima buku yang menggembirakan saya.
5. Raffles dan Invasi Inggris ke Jawa – Tim Hannigan
Hannigan menggambarkan sosok Raffles yang kepedean mampu mengubah budaya kolonial warisan Belanda dalam waktu lima tahun dan menghapuskan perbudakan. Di sisi lain, saya membayangkan perasaan Raffles sebagai lelaki yang kalah, kehilangan dan bangkrut saat kembali ke Inggris. Istri pertamanya yang lebih tua sepuluh tahun, Olivia, meninggal di Jawa. Ia menikah lagi dengan Sophia, yang memberinya lima anak. Empat anaknya pun meninggal karena sakit. Raffles tercatat memiliki utang lebih dari satu juta poundsterling dan meninggal 10 tahun kemudian setelah meninggalkan Jawa.
4. Moemie Gadis Berusia Seratus Tahun – Marion Bloem
Moemie adalah bukunya yang pertama diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Tokoh Moemie, seorang cenayang, menjadi suara dari kisah sebuah keluarga peranakan (Indo-Belanda) selama seratus tahun. Moemie yang waskita dan panjang umur ini berakhir riwayatnya saat Bom Bali. Kematian seorang eksentrik memang selayaknya dalam momen epik.
3. The House of the Spirits – Isabel Allende
Buku ini mirip Moemie yang tokoh utamanya seorang cenayang dan menceritakan sejarah sebuah keluarga Amerika Latin selama tiga generasi. Sebagai pecinta telenovela zaman SD dulu, kisah di buku ini sungguh menyenangkan. Saya membayangkan Clara si Cenayang mirip nenek Cassandra si gipsi dengan bola kristalnya dan percintaan Blanca-Pedro Tercero mirip kisah Graciela-Adrian di telenovela Esmeralda. Ubek punya ubek, ternyata saya punya buku Allende yang lain, Portrait in Sepia edisi bahasa Inggris, juga buku obralan seharga Rp.40 ribu. Nasibmu Allende, diobral!
Peringatan: Jangan remehkan buku-buku obralan. Bersabarlah ubek-ubek, niscaya kau akan menemukan permata di antara serakan upil.
2. Into the Wild – Jon Krakauer
Chris McCandless lulusan Emory University, manusia cerdas dan supel, pecinta alam, dan berasal dari keluarga berada. Cocok dijadikan gebetan, kalau dia masih hidup. Ada yang aneh dari makhluk ini. McCandless bilang “Happines is only real when shared”, tetapi ia memilih mengasingkan diri di bekunya alam liar Alaska hingga ajal. Mungkinkah ia mencari anti-kebahagiaan untuk menjadi bahagia? Ada hal-hal yang tak bisa kita pahami dari orang yang senang menyendiri. Sama seperti kita tak memahami para jomlo.
1. Night Train to Lisbon – Pascal Mercier
Gregorius Raimund, yang dijuluki Mundus, seorang guru bahasa-bahasa kuno di sebuah sekolah di Bern, tiba-tiba memutuskan melakukan perjalanan ke Lisbon usai bersua perempuan Portugis berbaju merah yang hendak meloncat ke sungai Aare. Ia tinggalkan kelas yang dia ajar, naik kereta begitu saja ke Portugal, hingga menyibak sejarah hidup Amadeu de Prado−seorang dokter, penulis, juga tokoh pemberontak di Lisbon. Mundus adalah lelaki tua yang serius dan membosankan, sampai suatu hari ia tiba-tiba melakukan hal nyeleneh dan pergi sejenak dari rutinitasnya. Kita boleh bosan pada rutinitas, tetapi jangan bosan pada hidup. Seperti kata Mundus, “Life is not what we live, it is what we imagine we are living.”
Nah, junjungan saya Haruki Murakami bilang, “If you only read the books that everyone else is reading, you can only think what everyone else is thinking.” Jadi, jangan ikut-ikut membaca apa yang saya baca. Jangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H