Mohon tunggu...
Sitta Taqwim
Sitta Taqwim Mohon Tunggu... profesional -

Pejalan, pemintal kata, tukang potret, pecinta Bangunan kuno, gunung dan matahari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan 2016: Jangan Ikut Membaca Buku yang Saya Baca

28 Desember 2016   11:13 Diperbarui: 29 Desember 2016   12:08 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko buku Shakespeare and Company di Paris

Peringatan: Jangan remehkan buku-buku obralan. Bersabarlah ubek-ubek, niscaya kau akan menemukan permata di antara serakan upil.

2. Into the Wild – Jon Krakauer

Chris McCandless
Chris McCandless
Saya membaca Into the Wild saat mengerjakan tesis di Belgia pada awal hingga pertengahan tahun ini. Beberapa minggu sebelumnya, saya sakit akibat kedinginan. Manusia tropis norak ini traveling sendirian di bulan Januari yang beku, penasaran akan salju, dan merasakan helai-helai kapas langit itu pertama kalinya di Budapest yang bersuhu minus 8 derajat Celcius. Saya menggigil di bis dari Budapest menuju Vienna dan demam tinggi di kereta dari Salzburg menuju Belgia.Tiba di Belgia, sembari mengunyah Indomie kari pakai telur dan cabe rawit, saya membuka buku ini. Sontak saya merasa betapa alay dan tak bermutu diri ini dibanding Chris McCandless.

Chris McCandless lulusan Emory University, manusia cerdas dan supel, pecinta alam, dan berasal dari keluarga berada. Cocok dijadikan gebetan, kalau dia masih hidup. Ada yang aneh dari makhluk ini. McCandless bilang “Happines is only real when shared”, tetapi ia memilih mengasingkan diri di bekunya alam liar Alaska hingga ajal. Mungkinkah ia mencari anti-kebahagiaan untuk menjadi bahagia? Ada hal-hal yang tak bisa kita pahami dari orang yang senang menyendiri. Sama seperti kita tak memahami para jomlo.

1. Night Train to Lisbon – Pascal Mercier

Night Train to Lisbon
Night Train to Lisbon
Saya percaya buku yang kita baca akan membawa kita ke TKP di dalam buku itu, suatu hari nanti, cepat atau lambat, dengan cara misterius. Saya membaca separuh Night Train to Lisbon beberapa bulan sebelum pergi sekolah ke Belgia. Saat hendak ikut konferensi tentang virus di Lisbon pada pertengahan tahun ini, saya ingat buku tadi yang saya tinggalkan di Indonesia. Saya jadi sadar sebulan sebelum ke Lisbon, saya sempat menjelajah Bern, melintasi jembatan yang di bawahnya mengalir sungai Aare berwarna hijau zamrud. Itu lokasi dimana perempuan Portugis, salah satu tokoh di buku ini, mau terjun bunuh diri. Saya tamatkan buku ini beberapa hari lalu sambil mengenang kota Lisbon yang romantis dan berbukit-bukit.

Gregorius Raimund, yang dijuluki Mundus, seorang guru bahasa-bahasa kuno di sebuah sekolah di Bern, tiba-tiba memutuskan melakukan perjalanan ke Lisbon usai bersua perempuan Portugis berbaju merah yang hendak meloncat ke sungai Aare. Ia tinggalkan kelas yang dia ajar, naik kereta begitu saja ke Portugal, hingga menyibak sejarah hidup Amadeu de Prado−seorang dokter, penulis, juga tokoh pemberontak di Lisbon. Mundus adalah lelaki tua yang serius dan membosankan, sampai suatu hari ia tiba-tiba melakukan hal nyeleneh dan pergi sejenak dari rutinitasnya. Kita boleh bosan pada rutinitas, tetapi jangan bosan pada hidup. Seperti kata Mundus, “Life is not what we live, it is what we imagine we are living.”

Nah, junjungan saya Haruki Murakami bilang, “If you only read the books that everyone else is reading, you can only think what everyone else is thinking.” Jadi, jangan ikut-ikut membaca apa yang saya baca. Jangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun