Peringatan: Jangan remehkan buku-buku obralan. Bersabarlah ubek-ubek, niscaya kau akan menemukan permata di antara serakan upil.
2. Into the Wild – Jon Krakauer
Chris McCandless lulusan Emory University, manusia cerdas dan supel, pecinta alam, dan berasal dari keluarga berada. Cocok dijadikan gebetan, kalau dia masih hidup. Ada yang aneh dari makhluk ini. McCandless bilang “Happines is only real when shared”, tetapi ia memilih mengasingkan diri di bekunya alam liar Alaska hingga ajal. Mungkinkah ia mencari anti-kebahagiaan untuk menjadi bahagia? Ada hal-hal yang tak bisa kita pahami dari orang yang senang menyendiri. Sama seperti kita tak memahami para jomlo.
1. Night Train to Lisbon – Pascal Mercier
Gregorius Raimund, yang dijuluki Mundus, seorang guru bahasa-bahasa kuno di sebuah sekolah di Bern, tiba-tiba memutuskan melakukan perjalanan ke Lisbon usai bersua perempuan Portugis berbaju merah yang hendak meloncat ke sungai Aare. Ia tinggalkan kelas yang dia ajar, naik kereta begitu saja ke Portugal, hingga menyibak sejarah hidup Amadeu de Prado−seorang dokter, penulis, juga tokoh pemberontak di Lisbon. Mundus adalah lelaki tua yang serius dan membosankan, sampai suatu hari ia tiba-tiba melakukan hal nyeleneh dan pergi sejenak dari rutinitasnya. Kita boleh bosan pada rutinitas, tetapi jangan bosan pada hidup. Seperti kata Mundus, “Life is not what we live, it is what we imagine we are living.”
Nah, junjungan saya Haruki Murakami bilang, “If you only read the books that everyone else is reading, you can only think what everyone else is thinking.” Jadi, jangan ikut-ikut membaca apa yang saya baca. Jangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H