[caption id="attachment_402182" align="aligncenter" width="420" caption="Beberapa keranda ada yang diletakkan di atas dinding batu untuk menghindari binatang buas"]
[caption id="attachment_402183" align="aligncenter" width="420" caption="Keranda yang berbentuk perahu"]
Saya masuk ke dalam gua dan melihat beberapa batu dengan bentuk yang unik. Ada batu berbentuk kepala buaya, jemari, hidung, dan tulang ekor. Di dalam gua ada beberapa bungkus makanan dan botol minuman kemasan. Menurut bocah pengantar yang meminjamkan senter, itu bukan sampah, melainkan sesaji untuk jenazah yang dimakamkan dalam gua.
[caption id="attachment_402184" align="aligncenter" width="305" caption="Peti jenazah dan tengkorak di dalam gua"]
[caption id="attachment_402185" align="aligncenter" width="420" caption="Batu berbentuk kepala buaya"]
[caption id="attachment_402186" align="aligncenter" width="504" caption="Batu berbentuk tangan, hidung dan tulang belakang"]
Londa
[caption id="attachment_402187" align="aligncenter" width="420" caption="Kerbau aduan yang sungguh gagah"]
[caption id="attachment_402188" align="aligncenter" width="420" caption="Londa tampak depan"]
Tiba di Londa, saya disambut seekor kerbau aduan yang gagah berdiri. Sesekali ia menjilati bibirnya dengan lidahnya yang besar dan panjang. Meski tampak macho, tapi saat melihat matanya, entah kenapa saya merasa si kerbau agak sedih. Kerbau adalah hewan penting di Toraja. Di tanah ini, kita akan sering mendapati kerbau-kerbau ganteng merumput di pinggir jalan, di pematang sawah, dan bahkan dimandikan tuan mereka di sungai. Penyembelihan kerbau juga merupakan salah satu acara inti dari prosesi pemakaman.
Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di puyajika ada banyak kerbau.
[caption id="attachment_402189" align="aligncenter" width="420" caption="Tau-tau di sini tak diberi teralis "]
[caption id="attachment_402190" align="aligncenter" width="420" caption="Keranda dan jenazah di dalam gua yang penuh sesaji rokok dan uang logam"]
[caption id="attachment_402191" align="aligncenter" width="420" caption="Tengkorak dalam gua, dan tengkorak "]
Agak menyedihkan melihat para ABG mematut diri di dalam gua yang berisi banyak tengkorak. Saya hanya membayangkan bila ada orang yang selfie di makam perkotaan dengan tongsis, menurut Anda bagaimana? Saya menjepret foto-foto di dalam gua batu ini dengan hati kuatir, kalut bercampur sedih. Saya bayangkan roh-roh yang ada di sekitar situ dan meminta maaf bila kunjungan saya mengganggu istirahat mereka. Kalau menurut saya pribadi, makam dan tengkorak di dalamnya kurang tepat bila dipakai untuk berpose selfie.
Oh ya, di salah satu gua ada sepasang tengkorak “Romeo and Juliet” van Toraja. Kabarnya sepasang kekasih ini bunuh diri di tahun 70an. Mereka masih bersepupu dan menurut adat Toraja, keduanya tidak diperbolehkan menikah. Pernikahan dengan sepupu jauh (sepupu keempat dan seterusnya) adalah praktek umum yang memperkuat hubungan kekerabatan. Suku Toraja melarang pernikahan dengan sepupu dekat (sampai dengan sepupu ketiga) kecuali untuk bangsawan, untuk mencegah penyebaran harta.
[caption id="attachment_402192" align="aligncenter" width="420" caption="Tengkorak di dinding-dinding gua"]
Lemo