[caption id="attachment_326798" align="aligncenter" width="384" caption="Anggota Pemuda Indonesia cabang Bandung berpose di depan stasiun Weltevreden (Gambir)"]
Satu hal menarik, meski di zaman revolusi banyak sekali perkumpulan pemuda yang eksis, mereka semua punya satu cita-cita: menjadi bangsa yang merdeka. Keragaman latar suku dan agama tak membuat mereka tawuran. Pemuda romantis di masa itu, mungkin adalah pemuda yang berperang demi kemerdekaan. Kalau sekarang? Hehehe...
Saya hanya menghabiskan satu jam di museum kecil ini. Satu jam yang melemparkan saya ke lika-liku pemuda nasionalis tempo dulu memperjuangkan idealismenya. Bung Karno pernah berkata: “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
[caption id="attachment_326799" align="aligncenter" width="384" caption="Peserta Kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928 (sumber foto: Wikipedia)"]
[caption id="attachment_326802" align="aligncenter" width="252" caption="Saya di Museum Sumpah Pemuda"]
Jadi, apa yang kau perjuangkan? Wahai, anak muda!
Referensi:
1.Situs Museum Sumpah Pemuda
2.“Polisi Zaman Hindia Belanda, dari Kepedulian dan Ketakutan”, Marieke Bloembergen, Penerbit Buku Kompas, Januari 2011
3.Situs wikipedia
4.Artikel Tim Pustaka Jawatimuran, 15 Mei 2012, “W.R. Soepratman, Sejarah Perjuangan” dari koleksi Deposit Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Teropong, Edisi 18, Juli–Agustus 2004, halaman 37
5.“Memata-matai Kaum Pergerakan, Dinas Intelijen Politik Hindia-Belanda 1916–1934”, Allan Akbar, Penerbit Marjin Kiri, Maret 2013.
6.Artikel di situs nationalgeographic.co.id “Haji Agus Salim Terapkan Homeschooling”, 20 Oktober 2013.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H