Lagu gubahan Supratman yang terakhir berjudul "Matahari Terbit". Pada awal Agustus 1938, ia ditangkap polisi Hindia-Belanda saat memainkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM (Nederlands-Indische Radio Omroep Maatschappij, sekarang RRI) Jalan Embong Malang, Surabaya. Ia ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya hingga meninggal pada 17 Agustus1938 karena sakit. Kata-kata terakhirnya: “Nasipkoe soedah begini. Inilah yang disoekai oleh Pemerintah Hindia Belanda. Biar saja meninggal, saja iclas. Saja toh soedah beramal, berdjoang, dengan tjarakoe, dengan biolakoe. Saja yakin Indonesia pasti merdeka”.
Lepas dari pendapat van der Plas yang mengatakan lagu negara kita sebagai “wujud selera buruk terhadap musik”, bagi saya.. violis Wage mencintai negerinya dengan cara yang tidak wagu.
Banyak Jong Sedikit Tawuran
Pemerintah Hindia-Belanda selalu mengawasi dengan ketat kegiatan rapat pemuda. Pemerintah memang mengakui hak penduduk di atas 18 tahun mengadakan perkumpulan dan rapat. Tentu saja, pemerintah kolonial berhak sewaktu-waktu memberlakukan larangan mengadakan rapat. Apalagi pertemuan yang dianggap menentang pemerintah. Setiap pertemuan harus mendapat izin polisi. Setelah itu, rapat dalam pengawasan penuh ARD (Algemeene Recherche Dienst), semacam dinas intelijen politik. Rumah Kramat 106 selalu dalam kuntitan dinas intelijen ini.
[caption id="attachment_326793" align="aligncenter" width="384" caption="Para pemimpin Pandu Hizbul Wathan pada 1922"]
[caption id="attachment_326794" align="aligncenter" width="384" caption="Kepanduan Muhammadiyah Cabang Madiun"]
[caption id="attachment_326795" align="aligncenter" width="378" caption="Anggota Penuntun Kepanduan Jong Java membawa sepeda dan perlengkapannya di depan Indonesische Clubgebouw siap menuju tempat latihan di Bogor."]
Kongres Pemuda Pertama pada 30 April–2 Mei 1926 membahas gagasan persatuan Indonesia dan kemungkinan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Sementara Kongres Pemuda Kedua pada 27–28 Oktober 1928 ternyata digelar di tiga tempat, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop dan Gedung Kramat 106. Kongres yang dipimpin Sugondo Djojopuspito dengan sekretaris Muhammad Yamin itu membahas peranan pendidikan kebangsaan dan kepanduan untuk menumbuhkan semangat kebangsaan.
ARD saat itu tidak memandang Kongres Pemuda pada Oktober 1928 sebagai hal yang istimewa. Dalam ulasan pengawasan polisional-politik Oktober 1928, kongres tersebut dicatat sebagai “tidak penting”. ARD di tahun-tahun itu lebih mengarahkan fokusnya pada Perhimpunan Indonesia, kumpulan mahasiswa nasionalis di Belanda. Di Hindia Belanda, ancaman paling besar bagi ARD adalah Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Bung Karno.
[caption id="attachment_326796" align="aligncenter" width="384" caption="Jong Islamieten Bond, dibentuk di Yogyakarta pada 1 Januari 1925 dengan H. Agus Salim selaku penasihat"]
[caption id="attachment_326797" align="aligncenter" width="384" caption="Pemuda Indonesia di Den Haag"]