[caption id="attachment_355600" align="aligncenter" width="448" caption="Toko gula di pasar Kotagede"]
[caption id="attachment_355601" align="aligncenter" width="299" caption="Parkir"]
[caption id="attachment_355602" align="aligncenter" width="299" caption="Baca koran sembari menunggu pelanggan"]
[caption id="attachment_355603" align="aligncenter" width="299" caption="Toko alat pancing "]
Sehari sebelumnya saya tak sempat singgah di jalan Mondorakan. Pagi itu, jalanan cukup sepi. Aktivitas terpusat di Pasar Kotagede. Sepeda-sepeda berseliweran di kota ini. Di salah satu sudut pasar, parkiran sepeda membludak. Mayoritas jenis sepeda yang diparkir bukan sepeda modern, tapi model onthel yang antik itu. Di kota ini, manusia masa kini masih menghargai ia yang kuno. Di Kotagede, roh raja-raja, kawula alit, dan sepeda hadir beriringan. Ah, sungguh saya cinta kota kuno ini!
[caption id="attachment_355604" align="aligncenter" width="448" caption="Bersiap pergi"]
[caption id="attachment_355605" align="aligncenter" width="448" caption="Transaksi para ibu di Jalan Mondorakan"]
[caption id="attachment_355607" align="aligncenter" width="448" caption="Melintas rumah unik dengan lukisan dinding"]
[caption id="attachment_355608" align="aligncenter" width="448" caption="Pulang dari pasar bersama ibu"]
[caption id="attachment_355609" align="aligncenter" width="448" caption="Rumah unik yang sedang direnovasi di Jalan Mondorakan"]
[caption id="attachment_355611" align="aligncenter" width="448" caption="Sebuah pintu entah jendela?"]
[caption id="attachment_355612" align="aligncenter" width="448" caption="Sebuah rumah kosong, sepeda dan bendera partai"]