[caption id="attachment_398761" align="aligncenter" width="490" caption="Berpose di depan jukung"]
Ketika ke Kiluan, saya diberitahu pemandu bahwa turis yang berkunjung akan selalu bisa menemui kawanan lumba-lumba di pagi hari. Ternyata tidak. Seorang teman Mbak Wiwin katanya tak bersua kelompok hewan cerdas itu saat berkunjung pada Desember lalu. Teluk Kiluan memang bukan rumah lumba-lumba ini. Di pagi hari, mereka pelesir ke teluk sekadar untuk sarapan. Bila turis tak menjumpai mereka di suatu pagi, bisa jadi mereka sedang puasa Senin Kamis.
[caption id="attachment_398762" align="aligncenter" width="490" caption="Karang-karang berbentuk candi di perjalanan menuju samudra"]
Jangan terlambat bangun pagi bila ingin bertemu mereka. Kami berangkat naik jukung pukul enam pagi dan berlayar ke tengah samudra selama sekitar 45 menit. Jukung saya dan Mbak Wiwin terpisah dari jukung Mbak Ezi dan temannya. Kapasitas jukung memang terbatas sehingga kami harus berlayar dalam dua jukung. Dua puluh menit pertama, saya sempat waswas, garis pantai makin hilang dan sejauh mata memandang hanya laut biru dan ombak yang bergulung-gulung. Akankah saya bertemu lumba-lumba? Bagaimana tukang jukung bisa tahu di spot mana persisnya mereka akan mampir ke teluk ini?
[caption id="attachment_398763" align="aligncenter" width="490" caption="Sekawanan lumba-lumba"]
Setengah jam lebih terapung-apung di samudra luas terasa lama. Saya mendaraskan doa. Mungkin saya lebay, tapi saya benar-benar ingin menjumpai mereka di laut “kedai sarapan” ini. Beberapa menit kemudian, doa saya terkabul! Tukang perahu berteriak dan menunjuk ke arah cakrawala, “Itu disana!” Awalnya saya tak melihat apa-apa. Air laut yang biru tua berbaur dengan cahaya pagi memantulkan warna metalik serupa tubuh keabuan hewan air itu. Tiga ekor lumba-lumba melompat di kejauhan. Tak lama, beberapa ekor menghampiri jukung kami sembari sesekali melompat. Sekitar tiga puluh menit atraksi di alam itu membikin takjub. Saya tak tahu lagi berapa ekor lumba-lumba yang saya lihat. Mungkin ada sekitar lima puluh lebih dalam kelompok yang pagi itu “sarapan” ke teluk Kiluan. Setengah jam kegirangan melihat mereka, rasanya sebentar sekali.
Ke Pulau Sepi untuk Membaca Murakami
[caption id="attachment_398764" align="aligncenter" width="490" caption="Pulau sepi tuk membaca Murakami "]
[caption id="attachment_398766" align="aligncenter" width="490" caption="Ayunan gantung di pantai"]
Saya sedang tergila-gila pada Haruki Murakami, novelis Jepang beraliran science-fiction dan absurdisme. Saat ke Kiluan, saya membawa novelnya yang berjudul “Hard Boiled Wonderland and The End of The World”. Berhubung kondisi jalan rusak sepanjang Kiluan dan penerangan remang-remang di pondok, kecepatan membaca jadi tersendat. Pulau sepi nan biru jadi spot yang pas untuk meneruskan membaca buku Murakami. Sambil menyeruput teh panas dari warung di pantai ini, diiringi sepoi angin, mata saya menjelajah deretan kata.
[caption id="attachment_398765" align="aligncenter" width="490" caption="Satu pondok putih di pulau sepi nan biru"]
[caption id="attachment_398767" align="aligncenter" width="490" caption="Membaca Murakami di bawah pohon rindang"]
“But like a boat with a twisted rudder, I kept coming back to the same place. I wasn’t going anywhere. I was myself, waiting on the shore for me to return. Was that so depressing?” (Haruki Murakami, Hard Boiled Wonderland and The End of The World)
[caption id="attachment_398768" align="aligncenter" width="361" caption="Buku Murakami, sandal jepit dan istana pasir"]
Kuliner Lampung dan sekitarnya
Saat di Bandar Lampung, sempatkan untuk mencicipi kuliner yang maknyus macam pempek Trio dan bakso Sony. Sebelumnya saya makan juga pempek 123 tapi tak ada fotonya di sini. Oh ya, saya pecinta bubur, jadi saya sempatkan mencari bubur ayam yang enak, letaknya di dekat perempatan sebuah mall yang saya lupa namanya. Untuk oleh-oleh, saya beli keripik pisang di toko Yen-Yen dan kopi Lampung.
[caption id="attachment_398769" align="aligncenter" width="490" caption="Pempek Trio"]
[caption id="attachment_398770" align="aligncenter" width="490" caption="Bakso Sony dan es dawet"]
[caption id="attachment_398771" align="aligncenter" width="490" caption="Antrean bubur ayam dekat perempatan mall"]
Rute saya selama liburan di Kiluan:
Hari 1: Terbang Jakarta–Lampung (pagi), rute darat menuju Tanggamus (siang-sore), Karang Pegadung
Hari 2: Mencari lumba-lumba (pagi), ke Pulau Murakami (siang), kembali ke Lampung (sore)
Hari 3: Kembali ke Jakarta
Mimpi destinasi saya berikutnya, saya ingin ke Tanjung Puting menemui Sang “Borneo Man”. Saya harus kesana sebelum hutan Borneo habis dibalak!