Perempuan Inspiratif KOMPAS 2022
(Ditulis oleh: Poloria Sitorus, S.Pd)
Foto Dokpri Penulis : Bunda Ranti bersama anak-anak muridnya di Gedung II PAUD CAHAYA ILMU saat pembukaan sesi belajar pada 01 Desember 2022 lalu.
Dalam kisah perempuan inspiratif kali ini, saya ingin menulis sosok seorang Guru PAUD yang menurut saya sangat layak disematkan sebagai Perempuan Inspiratif KOMPAS 2022. Bunda Ranti, pendiri sekaligus pemilik Sekolah PAUD CAHAYA ILMU yang letaknya berada di Gg. Assalam, Jl. Adi Sucipto, Kel. Rawa Makmur, Kec. Palaran, Kota Samarinda, tidak jauh dari rumah tinggal kami. Dan di sanalah kami percayakan putra pertama kami, Deardo, usia 6 tahun, memasuki awal pendidikan formalnya di jenjang PAUD.
Apa yang menarik dari sosok seorang Bunda Ranti?
Ranti Widiana, perempuan kelahiran 28 November 1980 ini yang kemudian akrab disapa murid-muridnya dengan sebutan: Bunda Ranti. Selain memiliki pribadi yang sangat sederhana dan bersahaja, Bunda Ranti ini adalah sosok perempuan yang gigih dan tekun dalam memperjuangkan cita-cita yang diimpikannya. Kisah perjuangan Bunda Ranti dalam membangun dan mengembangkan PAUD CAHAYA ILMU selama kurang-lebih 14 tahun inilah yang ingin penulis sampaikan kepada Perempuan-Perempuan Indonesia yang saat ini mungkin dalam perjuangan yang sama atau mungkin dalam perjuangan yang lebih berat. Kiranya tulisan ini dapat memberi inspirasi dan pelajaran berharga,bahwa semua hal membutuhkan proses dan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh ketekunan, kegigihan dan kesabaran untuk kita dapat meraih dan menikmati buah manis dari setiap impian dan cita-cita kita.
Ketekunan dan kegigihan Bunda Ranti dalam berjuang demi membangun dan membesarkan PAUD CAHAYA ILMU, menurut saya sangatlah luar biasa dan patut diacungi jempol. Bunda Ranti bersama suami dan keluarganya bahkan tidak gensi meski harus menjual keripik Opak Singkong dari warung ke warung demi mengumpulkan uang, sedikit demi sedikit untuk dana pembangunan Gedung Sekolah PAUD CAHAYA ILMU yang diimpikannya. Perjuangan membangun dan membesarkan PAUD CAHAYA ILMU tentu bukan hal yang mudah. Banyak tantangan dan ujian yang harus dilalui Bunda Ranti hingga saat ini. Namun kehadiran anak-anak didiknya di Gerbang Sekolah adalah satu hal yang sangat berharga dan selalu dirindukan Bunda Ranti dan itu menjadi salah satu penyemangat bagi Bunda Ranti.
"Tawa riang anak-anak saat bermain di Taman Sekolah itu selalu mampu menyalakan bara semangat perjuangan dalam diri saya dan itu menjadi kekuatan besar bagi saya," ujar Bunda Ranti.
**
Langkah Awal Bunda Ranti di Dunia Pendidikan
Awalnya, di tahun 2008, Bunda Ranti iseng ingin membuka Bimbingan Belajar atau semacam Les Privat untuk beberapa anak tetangganya yang saat itu belum masuk TK/PAUD secara formal. Niat itu berawal saat Bunda Ranti mendengar ada beberapa tetangga yang mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan di beberapa TK/PAUD Formal/Swasta. Lagi pula jarak tempuh yang lumayan jauh menjadi kendala bagi beberapa ibu rumahtangga untuk mengantarkan anak mereka sekolah di TK yang saat itu hanya ada di daerah Samarinda Seberang. Jarak tempuh sekitar 10-15 KM dengan waktu tempuh kurang-lebih 30-45 menit dengan kendaraan bermotor dalam keadaan lalu lintas padat dari arah Palaran menuju Samarinda Seberang. Resiko di perjalanan pun terbilang rawan, sebab jalan poros Palaran menuju Samarinda Seberang banyak dilalui mobil truk dan mobil container besar yang mengangkut barang-barang logistic dari Pelabuhan Peti Kemas menuju Kota Samarinda. Resiko ini tentu menjadi pertimbangan para orangtua sehingga ingin menyekolahkan anak-anak mereka di lokasi yang lebih dekat dari rumah tinggal mereka.
Di tahun 2008 itu, beberapa tetangganya meminta secara langsung kepada Bunda Ranti agar membuka penerimaan Les Privat atau semacam Bimbingan Belajar di rumah untuk anak-anak tetangga di sekitar tempat tinggal mereka. Menurut keterangan Bunda Ranti, saat itu bulan September 2008, itulah awal mula pertama Bunda Ranti membuka les privat atau semacam Bimbingan Belajar (non-formal) untuk beberapa orang anak tetangga di sekitar rumahnya dengan biaya seikhlasnya dari orangtua murid. "Ada juga yang tidak bisa memberi apa-apa karena kehidupan ekonomi mereka yang tidak memungkinkan, nggak apa-apa. Saya berbagi ilmu dengan anak-anak itu dengan ikhlas dari hati yang tulus. Saya percaya, kelak semua akan ada waktunya berbuah manis," ucap Bunda Ranti dalam kebersahajaannya.
Menurut pengakuan Bunda Ranti, ide untuk membuka Les Privat atau bimbingan Belajar ini sebenarnya sangat sederhana, sebab saat itu Bunda Ranti hanya berpikir bagaimana beliau bisa berbagi ilmu tanpa harus meninggalkan puteri sulungnya, Sekar, yang saat itu masih kecil.
"Niat saya dalam batin, saya sangat ingin membantu ekonomi keluarga namun tanpa harus kerja jauh serta bisa mengurus atau momong anak saya dengan baik," kisah Bunda Ranti pada sebuah pagi saat kami bertemu di Gedung II PAUD Cahaya Ilmu dalam wawancara singkat beberapa waktu lalu.
"Tahun demi tahun, ternyata anak-anak yang ingin bimbingan belajar kepada saya, terus bertambah," ucap Bunda Ranti. "Kemudian pada tahun 2010 ada sekitar 60 siswa yang mendaftarkan diri ingin bimbingan belajar kepada saya. Dan saat itu, beberapa wali/orangtua murid meminta saya untuk pengadaan seragam sekolah, tas, dan fasilitas lainnya. Atas permintaan inilah akhirnya saya berpikir untuk menggagas nama PAUD CAHAYA ILMU dan mengurus legalitas sekolah T.K ini secara formal," kisah Bunda Ranti dengan cahaya mata yang berbinar mengisahkan sembari mengingat kembali potongan-potongan perjuangannya demi membangun PAUD CAHAYA ILMU.
Setelah ada calon siswa yang mendaftar hingga 60 anak, Bunda Ranti pun memberanikan diri merekrut 2 orang tenaga pengajar untuk membantunya di PAUD CAHAYA ILMU. "Sebenarnya kepada 2 orang guru honorer itu pun, saya meminta agar mereka mengajar dengan ikhlas, sebab saat itu saya belum sanggup memberi honor yang layak atau sepantasnya bagi mereka," jelas Bunda Ranti.
Saat itu Bunda Ranti hanya bisa memberikan Rp.250.000; per bulan untuk masing-masing guru honorer yang membantunya mengajar. Sementara untuk tambahan biaya-biaya lainnya, Bunda Ranti bersama suaminya melakukan budidaya Jamur pada sepetak tanah kosong di sebelah rumahnya. Dalam proses belajar-mengajar pun, Bunda Ranti masih harus menggunakan rumah tinggalnya, bahkan kamar tidur dan teras sebagai ruang belajar bagi murid-muridnya. "Setiap pagi kami harus bangun subuh, lalu bereskan semua barang-barang, termasuk kasur. Kamar juga harus segera dikosongkan dan ditata rapi, meja-meja disusun untuk menyambut anak-anak belajar. Begitulah setiap hari selama bertahun-tahun, sampai kami berhasil membangun Gedung Sekolah yang sekarang ini," kisah Bunda Ranti dengan senyum khasnya.
"Lalu kami memulai budidaya Jamur sekitar tahun 2012 hingga tahun 2015 untuk tambahan dana pembangunan Sekolah," kenang perempuan kelahiran Solo itu. "Kami menggunakan sepetak tanah kosong di sebelah rumah kami untuk budidaya Jamur tersebut. Saat itu kami bisa panen Jamur sekitar 15 Kg hingga 20 Kg per bulan dengan harga rata-rata Rp.30.000 per Kg. Kemudian Jamur yang baru dipanen itu dititipkan ke warung-warung di sepanjang jalan yang ada di sekitaran Adi Sucipto, hingga Pasar Palaran, Bukuan dan beberapa daerah lainnya untuk dijual. Uang hasil penjualan Jamur tersebut dikumpulkan sedikit demi sedikit sebagai tambahan dana untuk membeli sepetak tanah di sebelah rumah kami, tempat berdirinya bangunan Gedung I PAUD CAHAYA ILMU yang sekarang ini," tutur Bunda Ranti dengan senyum sumringah.
Memiliki sebuah cita-cita yang besar demi ingin membangun sebuah Sekolah untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di lingkungan tempat tinggalnya, bukanlah hal mudah. Banyak rintangan, hambatan dan cobaan demi cobaan yang datang silih berganti tidak menjadi penghalang bagi Bunda Ranti. Namun rintangan dan cobaan itu oleh Bunda Ranti dijadikannya sebagai cambuk dan memotivasi diri untuk berjuang lebih keras lagi.Â
Bunda Ranti dengan dukungan penuh dari suaminya tetap gigih dan berjuang terus tanpa henti demi terbangunnya Gedung Sekolah PAUD CAHAYA ILMU. Meski pada tahun 2013 silam, pasca melahirkan anak keduanya yang usianya hanya diizinkan 7 hari oleh Sang Pemberi Nafas Kehidupan, Bunda Ranti mengaku mengalami keterpurukan yang dalam. Mentalnya sempat down dan saat itu merasa benar-benar ingin menyerah dan ingin mengakhiri langkahnya dan impiannya. Kesedihan mendalam yang dialami oleh Bunda Ranti atas kehilangan anak keduanya itu membuatnya hampir menyerah dan prustrasi ketika itu.Â
"Saat itu saya merasa dunia seperti runtuh seketika," kisah ibu dari satu anak itu pada saya di tengah ruangan kelas di Gedung II PAUD CAHAYA ILMU. Namun atas dukungan dan dorongan serta motivasi yang besar dari sang suami, Bunda Ranti berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya. Berdiri dan memulai langkah baru lagi. Berusaha menghapus air mata dan menyembuhkan duka dari hatinya yang dalam. Berusaha untuk tetap tegar dan berusaha untuk terus memperjuangkan PAUD CAHAYA ILMU.
"Di tahun penuh cobaan itu, Allah seperti ingin menunjukkan sebuah keajaiban kepada saya," ucap Bunda Ranti penuh haru. "Sebab tiba-tiba di tahun 2013 itu ada sekitar 100-an lebih anak yang mendaftarkan diri ingin menjadi murid di PAUD CAHAYA ILMU," tutur perempuan lulusan UMY itu dengan mata berkaca-kaca.
Ide Membuat Opak Singkong
Bunda Ranti didampingi oleh suami dan anaknya melakukan berbagai usaha demi mengumpulkan dana untuk pembangunan PAUD CAHAYA ILMU yang diimpikannya. Bahkan Bunda Ranti tidak sedikit pun merasa gengsi meski harus jualan Opak Singkong demi terwujudnya Sekolah PAUD CAHAYA ILMU yang ingin didedikasikannya bagi Pendidikan anak-anak di sekitarnya dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.
Setelah lahan 1 kavling di sebelah rumahnya yang dulu digunakan sebagai kebun untuk budidaya Jamur itu berhasil dibangun Gedung I Sekolah PAUD CAHAYA ILMU dan Gedung Aula, Bunda Ranti mengalihkan usahanya untuk membuat Opak atau lazim disebut Keripik Singkong.
"Ide untuk membuat Opak Singkong muncul begitu saja ketika ada tetangga saya saat itu mengeluh hasil panen singkongnya dijual sangat murah di pasar," kisah Bunda Ranti.
"Sekilo hanya dihargai Rp.1.500; sampai Rp.2.000; Saya merasa sangat prihatin," ucap Bunda Ranti. "Lalu saya berpikir bagaimana dan apa yang bisa saya lakukan untuk menaikkan nilai jual Singkong para petani ini?" pikir Bunda Ranti ketika itu.
"Saya merasa prihatin terhadap para petani yang penghasilannya sangat sedikit. Belum lagi hasil panen mereka sering jatuh harga di pasaran. Mahalnya pupuk dan biaya perawatan pertanian tidak sesuai dengan hasil," jelas Bunda Ranti. "Sejak itulah ada ide saya ingin membuat Opak atau Keripik Singkong," tambahnya.
Ide yang awalnya terdengar sederhana itu akhirnya direalisasikan langsung oleh Bunda Ranti bersama suaminya. Sejak itu mereka menampung dan membeli hasil panen singkong tetangganya dengan harga di atas pasar, lalu mereka olah menjadi Opak Singkong. Dalam sehari Bunda Ranti dibantu oleh suaminya bisa mengolah 1 karung Singkong atau sekitar 50 Kg. Jika dirupiahkan setelah diolah menjadi Opak Singkong nilainya menjadi sekitar Rp.750.000; dari satu Karung Singkong mentah.
"Proses pengolahan Opak Singkong ini pun sebenarnya agak rumit dan butuh kesabaran ekstra. Belum lagi kalau saat musim penghujan, kami tidak bisa menjemur Opak di luar," ujur Bunda Ranti. "Namun semua dilakoni dengan penuh kesabaran demi mewujudkan pembangunan Gedung Sekolah PAUD CAHAYA ILMU," kata perempuan asal Solo, Jawa Tengah itu dengan tenang.
"Pertama sekali kami harus mencuci bersih kuling singkong yang penuh tanah itu, lalu dikupasi satu per satu. Setelah dikupas, kami akan mulai memarut singkong itu. Dulu masih diparut secara manual dengan parutan halus. Setelah diparut, barulah diperas menggunakan kain bersih, lalu dikasih garam, bawang putih halus, dan beberapa tambahan rempah agar nanti keripik Opaknya menjadi gurih, renyah dan harum saat digoreng," jelas Bunda Ranti.
"Dulu, kami juga mencetaknya masih menggunakan daun pisang. Setiap hari kami harus mencari daun pisang keliling kemana-mana," kenangnya penuh senyum. "Lalu pada suatu malam, saya tiba-tiba dapat inspirasi untuk membuat cetakan Opak dari bahan seng (anti-karat) agar waktu lebih efisien sehingga tidak harus mencari daun pisang lagi kemana-mana. Dengan cetakan yang baru kami buat dari bahan seng itu, waktu pencetakan Opak pun lebih efisien sehingga kami bisa mencetak banyak per harinya," tutur Bunda Ranti.
**
Segala macam usaha dan perjuangan yang dilakukan Bunda Ranti dengan gigih dan tekun, tentu tidak sia-sia. Meski harus berpeluh keringat dan menempuh jalan panjang yang penuh lika-liku, Bunda Ranti pantang menyerah hingga usahanya kini membuahkan hasil. Saat ini dari semua usaha dan jerih payahnya, Bunda Ranti telah berhasil mendirikan 2 Gedung Sekolah PAUD CAHAYA ILMU. Gedung I terdapat di Gg. Assalam, sedangkan Gedung II berada tepat di jalan poros Jln. Adi Sucipto, berjarak kira-kira 400 meter dari Gedung I PAUD CAHAYA ILMU.
Di awal tahun 2022 ini, calon murid yang mendaftar di PAUD CAHAYA ILMU mencapai lebih dari 200 siswa. Meski pada akhirnya hanya bisa diterima 160 siswa karena masih ada keterbatasan beberapa fasilitas seperti kurangnya Ruang Kelas dan Teaga Pengajar. "Kelak saya masih ingin membeli beberapa kapling tanah di belakang Gedung I itu untuk memperluas area Sekolah PAUD CAHAYA ILMU I," ujar Bunda Ranti menyampaikan harapannya di akhir sesi wawancara kami.
Dari kisah perjuangan Bunda Ranti ini kita bisa melihat betapa kerja keras dan kegigihannya dalam berusaha dan berjuang akhirnya berhasil dan berbuah manis.Â
Jangan buru-buru menyerah jika kita belum mendapatkan hasil dari apa pun yang sedang kita perjuangkan saat ini. Mungkin saja usaha dan daya dalam perjuangan kita belum maksimal. Maka kita harus berusaha lebih keras lagi, niscaya apa yang kita cita-citakan akan membuahkan hasil suatu hari nanti.
Foto Dokpri: Bunda Ranti saat sedang melakukan senam bersama anak-anak PAUD CAHAYA ILMU beberapa waktu lalu.
**
Akhir kata, penulis mengucapkan salam dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada KOMPAS yang telah mengadakan event "Lomba Menulis Perempuan Inspiratif Indonesia 2022"Â ini sehingga memberi ruang bagi kami para Perempuan Indonesia untuk berbagi kisah inspirasi tentang perempuan-perempuan berdaya di daerah kami.
Harapan penulis, kisah tentang perjuangan Bunda Ranti dalam mewujudkan mimpinya membangun PAUD CAHAYA ILMU dapat menginspirasi Perempuan-Perempuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke agar lebih gigih dalam berjuang untuk hal apa pun yang sedang mereka perjuangankan.
Saya percaya dengan berdayanya Perempuan-Perempuan Indonesia akan turut menghantar generasi Bangsa ini ke arah yang lebih baik menuju masa depan Bangsa yang gilang-gemilang.
***
Biodata singkat penulis :
Nama Lengkap       : Poloria Sitorus, S.Pd
Lulusan Sarjana Pendidikan Geografi dari Universitas Negeri Medan (2014)
Alamat : Gg. Mawar-9, Jln. Adi Sucipto, Kel. Rawa Makmur, Palaran, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Samarinda, 01 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H