Saat melakukan pengisian atau Top Up Saldo, saya cukup menekan angka-angka saja. Mulai dari Rp.1.000.000; atau Rp.750.000; atau Rp.12.750.000; misalnya. Bukankah itu semua hanya angka yang kita tekan dalam aplikasi secara digital online. Begitupun dengan para konsumen bisnis online saya. Saat bertransaksi pembayaran via internet banking/mobile banking, mereka cukup menekan nominal angka-angka sesuai yang harus mereka bayar.
Tanpa kita sadari, di era ekonomi digital ini, kita hampir tidak lagi menggunakan uang secara real. Kita telah memasuki penggunaan uang secara "maya" atau uang elektronik (e-money).
Sebagaimana dikatakan oleh Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Arbonas Hutabarat, dirilis di (m.metrotvnews.com);Â
"Mau tidak mau, suka tidak suka, kemajuan pesat teknologi akan mendorong seluruh masyarakat dunia, termasuk Indonesia memasuki revolusi teknologi digital yang akan berpengaruh besar terhadap cara hidup, pekerjaan, hubungan sosial masyarakat, dan sebagainya."
Dengan berusaha mempelajari perkembangan teknologi yang terus melaju pesat, diharapkan, kita sebagai masyarakat modern di era ekonomi digital ini mampu memenuhi sumberdaya manusia (SDM) yang dibutuhkan oleh perusahaan industri teknologi Indonesia, khususnya untuk menunjang penerapan revolusi 4.0 di masa depan.
Dalam perkembangan bisnis ekonomi digital ini, para wirausahawan lokal berbasis digital juga diharapkan mampu berkontribusi mendukung ketahanan ekonomi nasional.
Sebagai masyarakat yang hidup di era digital ini, kita harus mampu memahami kekurangan, kelebihan, potensi dan tantangan dalam penerapan ekonomi digital. Jangan mau hanya menjadi penonton saja, turutlah berperan aktif dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi digital berbasis online.
*
Salam...
NB : Artikel ini diikutsertakan dalam #BlogCompetition yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan MetroTV.
#Ecodigi #BankIndonesia #BlogCompetition