Masalah yang terjadi pada siswa, dapat disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar manusia yaitu: yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Dengan memahami kebutuhan dasar yang dibutuhkan siswa ketika masalah terjadi, penanganan terhadap suatu kasus akan menjadi lebih maksimal dan bermakna.
Dalam penanganan siswa, guru sebaiknya menghindari tindakan hukuman atau konsekuensi. Guru dapat mengambil langkah restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. Restitusi memperbaiki hubungan. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan. Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan. Restitusi diri adalah cara yang paling baik. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan. Restitusi menguatkan. Restitusi fokus pada solusi. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya. Restitusi diterapkan melalui 3 langkah segitiga restitusi yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan
Ada beberapa hal yang menarik dan di luar dugaan saya, yakni :
Disiplin positif tidak hanya tentang hukuman, tetapi juga tentang penguatan positif. Teori motivasi menunjukkan bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, dan motivasi perilaku manusia dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut. Posisi kontrol restitusi adalah cara yang efektif untuk mengajarkan murid tentang tanggung jawab dan disiplin. Segitiga restitusi adalah proses kolaboratif yang melibatkan murid, guru, dan orang tua.
Perubahan
Dengan mempelajari modul 1.4 Budaya Positif terdapat perubahan cara berpikir saya, saya menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah saya menjadi lebih positif dan konstruktif. Saya menyadari bahwa budaya positif dapat diciptakan dengan membangun hubungan yang positif dengan murid, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan aman, serta memberikan penguatan positif. Perubahan berikutnya adalah dalam penanganan masalah siswa. Saya belajar untuk membimbing siswa menemukan solusi atas permasalahan mereka sendiri.
Setelah mempelajari modul 1.4 saya menerapkan konsep-konsep inti dalam modul ini di kelas saya. Diantaranya, saya mulai menerapkan posisi kontrol restitusi ketika murid saya melakukan kesalahan. Saya melakukan percakapan dengan murid tersebut untuk memahami apa yang terjadi dan bagaimana murid dapat memperbaiki kesalahannya. Saya juga memberikan penguatan positif kepada murid tersebut ketika murid telah memperbaiki kesalahannya.
Pengalaman, Perasaan, dan Hal yang perlu diperbaiki
Dengan menerapkan posisi kontrol restitusi, saya merasa senang dan puas ketika murid saya dapat memperbaiki kesalahannya dan berperilaku jauh lebih baik. Jika semua siswa dapat belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, maka dia sedang belajar untuk bertanggungjawab terhadap hidupnya.
Berdasarkan pengalaman saya, saya merasa bahwa saya sudah cukup baik dalam menerapkan konsep-konsep inti dalam modul 1.4 Budaya Positif. Namun, saya masih perlu memperbaiki beberapa hal, yakni:
- Membangun hubungan yang lebih positif dengan murid
- Menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan aman
- Memberikan penguatan positif yang lebih bermakna
Sebelum dan sesudah (posisi kontrol dan segitiga restitusi)