Siapa yang pernah mengira bahwa lingkungan sosial tempat dimana kita sehari-hari hidup dapat menjadi pedang bermata dua yang memengaruhi kesehatan mental, terutama bagi mahasiswa yang memiliki mobilitas tinggi dalam kegiatan bersosial.
Mahasiswa diharuskan memiliki tingkat sosial yang tinggi  untuk memenuhi kewajibannya dalam Tri Dharma. Selain dari memenuhi kewajibannya mahasiswa juga sedang dalam masa transisi menuju dewasa sehingga mereka rentan terhadap lingkungan sosialnya.
Masa perkuliahan merupakan salah satu masa dimana mahasiswa mencari jati dirinya, oleh karena itu stress pada mahasiswa sangat rentan terjadi karena dalam kehidupannya mahasiswa dituntut untuk menjadi dewasa yaitu dengan lebih bertanggung jawab dan kuat saat menghadapi ataupun menyelesaikan masalah (Kholidah & Alsa, 2012). Hal ini diperparah oleh gaya hidup mahasiswa yang seringkali tidak sehat, dan juga kesalahan dalam memilih lingkungan pertemanan.
Dalam artikel ini kita akan membahas mengenai bagaimana lingkungan sosial dapat memengaruhi kesehatan mental pada mahasiswa.
Menurut WHO kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan mental yang memungkinkan orang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuan mereka, belajar dan bekerja dengan baik serta berkontribusi pada komunitas mereka.
Saat ini kesehatan mental menjadi suatu topik bahasan yang sering diangkat, dan menjadi kontroversi, terutama di kalangan remaja. Isu kesehatan mental kembali naik ketika berita mahasiswi dokter spesialis Undip yang dibully menjadi ramai diperbincangkan hal ini memicu banyak perdebatan yang mengangkat kesehatan mental terutama pada mahasiswa.
Perguruan tinggi termasuk ke dalam ruang lingkup utama kesehatan mental, selain dari perguruan tinggi terdapat juga di lingkungan keluarga, dan tempat kerja. Disebut sebagai ruang lingkup utama karena ketiga tempat tersebut memiliki tingkat pengaruh kesehatan mental paling tinggi, dan banyak kasus yang terjadi dilatarbelakangi ketiga tempat tersebut.
Indonesia setiap tahun mengalami kenaikan tren masalah kesehatan mental, terutama pada remaja. Menurut data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia mengidap gangguan mental. Dalam data yang sama, Riskesdas 2018 mengungkapkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, selain itu lebih dari 12 juta orang dalam kelompok usia yang sama mengalami depresi.
Hal ini semakin diperparah dengan adanya pandemi, terdapat sejumlah laporan yang menunjukan tren peningkatan masalah gangguan kesehatan jiwa.
Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Mental Mahasiswa
Mahasiswa umumnya memiliki tingkat stress yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik secara internal maupun eksternal. Beberapa faktor tersebut diantaranya:
1. Ekspektasi tinggi terhadap prestasi akademik
Tidak jarang bagi mahasiswa untuk mengkhawatirkan masa depan mereka, dan menyadari bahwa prestasi akademik menjadi salah satu tolak ukur yang berdampak pada masa depan mereka. Selain itu ekspektasi orang-orang disekitarnya juga sangat memengaruhi mental, karena baik secara sadar maupun tidak sadar ekspektasi dan harapan tersebut menjadi tekanan mental, namun tidak jarang juga ekspektasi tersebut malah menjadi pacuan bagi mahasiswa.
2. Beban akademik yang tinggi
Beban akademik ini biasanya meliputi tuntutan untuk menyelesaikan studi tepat waktu. Selain itu mahasiswa juga dibebani oleh banyaknya tugas, baik yang secara individu maupun kelompok. Mereka juga biasanya dituntut untuk aktif di masyarakat dan organisasi. Hal ini menyebabkan mahasiswa sering menyelesaikan semua tugasnya dalam waktu singkat, akibatnya mereka memiliki gaya hidup yang buruk dan meningkatkan stress.
3. Lingkungan sosial yang tidak mendukung
Kualitas lingkungan juga menjadi perhatian khusus. Lingkungan dapat menjadi sumber utama yang memengaruhi kesehatan mental. Lingkungan sosial yang buruk dapat meningkatkan stress begitu pula sebaliknya lingkungan sosial yang sehat dapat menjadi support mental yang baik pula bagi mahasiswa.
Dari fakor-faktor yang telah disebutkan maka dapat kita lihat bahwa segala sesuatu yang memengaruhi kesehatan mental mahasiswa dapat bersumber dari lingkungan sosialnya. Tidak dapat dipungkiri banyak kasus tentang kesehatan mental yang melibatkan mahasiswa bersumber dari lingkungan sosialnya.
Seperti kasus pembullyan yang terjadi baru-baru ini, selain itu lingkungan akademik yang tidak sehat baik dari dosen maupun kebijakan yang dibuat dapat menjadi tekanan dan meningkatkan stress mahasiswa.
Namun sayangnya hal ini masih banyak yang belum terungkap dan ironisnya malah menjadi budaya di lingkungan perguruan tinggi. Oleh sebab itu sebaiknya kita melakukan pencegahan dan penanganan yang tepat dalam menghadapi situasi tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H