Mohon tunggu...
Siti WardatulJannah
Siti WardatulJannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tiga Sasaran Utama Retorika Dakwah dalam Islam

27 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 27 Juni 2024   07:04 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Siti Wardatul Jannah (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Secara umum, sasaran retorika dakwah adalah semua manusia, baik itu muslim, kafir, maupun munafik. Pada masa awal Islam, Nabi melaksanakan dakwah sesuai dengan perintah Allah yang tertulis dalam al-Qur'an. Untuk menyusun peta sasaran dakwah retorika, dapat merujuk pada respons manusia terhadap al-Qur'an.

Ayat yang menggambarkan respons manusia terhadap al-Qur'an tertulis dengan jelas dalam makna ayat, "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah." (QS. Fathir/35: 32).

Menurut ayat ini, kelompok pertama merespons turunnya al-Qur'an dengan cara menganiaya diri mereka sendiri (zalim linafsih).

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, frasa ini merujuk pada orang-orang yang mengabaikan sebagian perintah yang diwajibkan dan melakukan beberapa larangan yang diharamkan.


Misalnya, ketika al-Qur'an memerintahkan untuk menyembah Allah, orang tersebut malah menyembah berhala. Ketika al-Qur'an mengharuskan membayar zakat, ia justru menghindarinya. Dan ketika al-Qur'an menyuruh berbuat kebaikan, sebaliknya ia malah melakukan keburukan.

Berdasarkan respons mereka terhadap turunnya al-Qur'an, dapat disimpulkan bahwa mereka adalah golongan orang kafir. Mereka merupakan sasaran utama dari retorika dakwah.

Kelompok kedua memberikan respons yang setengah-setengah atau pertengahan terhadap al-Qur'an, yaitu ragu-ragu mengenai kebenarannya. Seperti yang ditulis oleh pengarang kitab Tafsir Jalalain, mereka hanya mengamalkannya sebagian saja.

Padahal Allah menegaskan bahwa "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu." (QS. al-Baqarah/2: 23).

Menurut Ibnu Katsir, karakter lain dari kelompok kedua ini adalah orang yang mematuhi perintah yang diwajibkan kepadanya dan meninggalkan larangan yang diharamkan, tetapi terkadang tidak melaksanakan beberapa perbuatan yang disunahkan dan justru melakukan beberapa perbuatan yang dimakruhkan (dibenci).

Secara kontekstual, ini menggambarkan kondisi psikologis orang-orang munafik (hipokrit). Secara historis, sikap ini sangat ditakuti menimpa umat Nabi, terutama ketika sekelompok orang yang mengaku beriman ikut dalam Perang Badar tetapi kembali pulang saat musuh datang. Kaum munafik adalah sasaran kedua dari retorika dakwah.

Kelompok ketiga merespons dengan cepat berbuat kebaikan (sabiq bil-khairat). Sikap mereka sejalan dengan perintah Allah, "Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan." (QS. al-Baqarah/2: 148). Menurut pengarang kitab Tafsir Jalalain, frasa "berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan" berarti segera menaati dan menerimanya. Inilah sasaran ketiga dari retorika dakwah.

Itulah tiga sasaran retorika dakwah berdasarkan respons mereka terhadap turunnya al-Qur'an. Yang terakhir disebut adalah yang terbaik. Mereka adalah sasaran retorika dakwah yang diharapkan dapat melanjutkan gerakan dakwah secara konsisten dan berkesinambungan dari masa ke masa.

Selain dalam konteks di atas, sasaran retorika dakwah juga dapat dipetakan berdasarkan lapisan sosial, termasuk kelas atas dalam hal pendidikan dan ekonomi, kelas menengah, dan kelas bawah. Lebih rinci lagi, sasaran retorika dakwah bisa dipetakan berdasarkan jenis kelamin, geografis, etnis, dan faktor lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun