Mohon tunggu...
siti taqiyya nurasih
siti taqiyya nurasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa HI Universitas Sriwijaya

International Relations '19

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya India dalam Menyelesaikan Konflik Wilayah Kashmir Melalui Diplomasi Koersif

3 Desember 2021   12:11 Diperbarui: 3 Desember 2021   12:35 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

India adalah negara yang menganut demokrasi liberal. Negara bekas jajahan Inggris ini merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947. India merupakan negara di kawasan Asia Selatan yang memiliki wilayah cukup besar. 

Kebangkitan India secara signifikan dimulai pada pertumbuhan ekonomi, sehingga India mendapatkan posisi keempat negara dengan PDB terbesar (Selatan, 2012).

Berdasarkan keputusan Maharaja Hari Singh, Kashmir merupakan negara yang tergabung dalam India, Maharaja Hari Singh dalam hal ini meminta bantuan untuk melawan militer Pakistan. 

Karena hal tersebut, Pakistan juga mengklaim bahwa Kashmir merupakan wilayah dengan mayoritas muslim (Kalyanaraman, 2015). Sejak tahun 1947 wilayah Kashmir telah diperebutkan oleh India dan Pakistan (Dalrymple, 2020). 

Kashmir sempat menjadi kawasan yang tidak memiliki tuan saat Inggris membagi dua negara India dan Pakistan. Dimana, dalam pembagian tersebut telah disepakati India menguasai 45% bagian Tenggara dan Timur yaitu Jammu dan Kashmir.

Sedangkan Pakistan menguasai 35% bagian Utara dan Barat yaitu Azad Kashmir, Gilgit, dan Baltistan. Sejak tahun 1947 -- 1948 India da Pakistan memperebutkan wilayah Kashmir. 

Konflik ini berlanjut pada tahun 1965 yang diakhiri dengan 'Perjanjian Simla' pada tahun 1972. Lalu, pada tahun 1999 terjadi perang yang ketiga kalinya yang disebut ' Perang Kargil'. Perang kargil ini terjadi pada musim panas berlangsung tepatnya di wilayah Kargil. 

Perang Kargil ini juga melanggar daerah perbatasaan wilayah India dan Pakistan atau yang disebut Line of Control. Konflik yang melibatkan India dan Pakistan ini sempat mengalami pasang surut. Di dalam sebuah buku yang berjudul Danger in Kashmir karya Josef Korbel dijelaskan bahwa sejarah Kashmir tak lebih merupakan suatu cerita yang bercerita tentang kesedihan atau yang disebut The History of Sadness (Mashad, 2004)Konflik yang terjadi di wilayah Kashmir merupakan konflik yang berkepanjangan dan konflik ini telah menjadi isu internasional. 

Salah satu faktor yang menjadikan Kashmir menjadi negara yang diperebutkan oleh India dan Pakistan dikarenakan Kashmir memiliki keindahan alam dan sumber daya alam yang melimpah. 

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan India dan Pakistan memperebutkan wilayah Kashmir yaitu pengelolaan perairannya yang berada di Sungai Jhelum, Chenab, dan Indus (Sridhar, 2004). 

Lalu ada kekayaan tambang berupa emas, batu zamrud, dan batu delima yang melimpah. Kekayaan yang melimpah ini membuat kedua negara tersebut semakin ingin memperebutkan wilayah Kashmir (Aljazeera, 2020). 

Dilihat dari segi militer, India memiliki pangkalan militer yang besar dan semakin berkembang di wilayah Kashmir. Maka dari itu, India memiliki kekuatan yang lebih disbanding Pakistan dalam memperebutkan wilayah Kashmir. 

Dilihat dari beberapa perang yang telah terjadi antara India dan Pakistan, India berhasil mengalahkan Pakistan dengan melakukan gencatan senjata dan diplomasi dengan menandatangani perjanjian yang telah disepakati sebelumnya (Rizky, 2016). 

Telah dilakukan berbagai upaya dalam menyelesaikan konflik antara India dan Pakistan, dimulai dari resolusi konflik United Nations yang dilakukan pada tahun 1948. 

Berbagai bantuan dari negara super power seperti Amerika, Rusia, dan China juga telah dilakukan. Namun, pada tahun 1965 konflik perebutan wilayah Kashmir semakin memanas. Berlanjut sampai tahun 2008 dimana hubungan antara kedua negara tersebut semakin kacau.

Perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan ini sudah menjadi isu bilateral, regional bahkan internasional. Adapun organisasi regional yang tergabung dalam penyelesaian konflik ini yaitu South Asia Association for Regional Cooperation (SAARC) yang berupaya menjaga perdamaian kawasan. 

SAARC merupakan organisasi yang dibentuk di kawasan Asia Selatan pada tanggal 8 Desember 1985 yang beranggotakan Afghanistan, Bhutan, Bangladesh, India, Maldives, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka. Sesuai dengan tujuan SAARC yang tertulis pada piagam SAARC, yaitu : 

"To promote the welfare of the peoples of South Asia and to improve their quality of life; to accelerate economic growth, social progress and cultural development in the region and to provide all individuals the opportunity to live in dignity and to realize their full potentials; to promote and strengthen collective self-reliance among the countries of South Asia; to contribute to mutual trust, understanding and appreciation of one another's problems; to promote active collaboration and mutual assistance in the economic, social, cultural, technical and scientific fields; to strengthen cooperation with other developing countries; to strengthen cooperation among themselves in international forums on matters of common interests; and to cooperate with international and regional organizations with similar aims and purposes" (SAARC, 1985).


Konflik yang terjadi di wilayah Kashmir bukan hanya karena untuk kepentingan politik semata melainkan terselip pula konflik agama, ras, dan suku.

Terdapat 3 faktor yang melatarbelakangi India untuk bisa menguasai wilayah Kashmir, yaitu :

1.Sejarah, dilihat dari sejarah Kashmir merupakan bagian dari tanah leluhur Jawaharlal Nehru. Jawaharlal Nehru merupakan seseorang yang sangat dihormati dan ditakuti oleh masyarakat India, sehingga hal tersebut merupakan salah satu alasan India harus mempertahankan wilayah Kashmir.

2.Geografis, Kashmir memiliki keindahan alam dengan sungai -- sungai yang mengalir seperti Indus, Jhelum, dan Chenab. Hal tersebut membuat Kashmir mendapat julukan 'Tanah Surga'. Selain itu, Kashmir merupakan salah satu kawasan yang strategis, berbatasan dengan China, Afghanistan, dan Pakistan yang memiliki keunggulaan dalam berbagai bidang.

3.Ekonomi, keindahan alam yang dimiliki Kashmir dapat menarik para wisatawan asing ataupun lokal untuk berkunjung sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya. 

Selain alamnya yang indah, Kashmir juga memiliki peternakan sapi, lembu, domba, kuda, dan lain -- lainnya yang sangat berlimpah. Sehingga, dengan adanya beberapa faktor tersebut masyarakat dapat meningkatkan perekonomian Kashmir dan dapat memenuhi kebutuhan sehari -- harinya (Sitepu, 2017).

Terdapat tiga hal yang menjadikan United Nations gagal dalam memaksa India dalam mengimplementasikan resolusi setelah India dan Pakistan merdeka, yaitu :

1.Adanya kepentingan nasional dari anggota Dewan Keamanan United Nations. Hal ini membuat United Nations dilemma untuk memaksa India agar merealisasikan janji damai atas konflik Kashmir.

2.Mendesak Inggris agar bertanggung jawab atas pembagian wilayah yang dilakukan oleh Inggris. Akan tetapi Inggris lebih tertarik untuk melakukan kerja sama terhadap India melihat perkembangan ekonomi India yang akan berkembang di masa depan.

3.Tak hanya Inggris, negara -- negara di dunia juga cenderung lebih tertarik untuk melakukan kerja sama dengan India dibanding dengan Pakistan.

India sempat turut ikut dalam pembebasan Bangladesh dari Pakistan. Dikarenakan hal tersebut, kemerdekaan Bangladesh disebut juga perang antara India -- Pakistan 1971.

Tahun 1999 berakhirnya Perang Kargil, dengan berakhirnya perang ini hubungan antara India dan Pakistan pun membaik dan mereka sepakat untuk melakukan gencatan senjata. 

Dibawah pemerintahan Mamohan Singh, kedua negara ini akhirnya damai dan mulai membuka jalur perdagangan satu sama lain (BBC, 2019). Salah satu upaya untuk menyatukan kedua negara ini agar memiliki hubungan yang baik ialah menggelar pertandingan olahraga kriket setiap 4 tahun sekali.

 Banyak masyarakat yang mengharapkan pertandingan ini dapat menjadi jalan bagi keduanya untuk damai (Parischa, 2019). Pakistan sempat berargumen bahwa India menolak untuk menepati janjinya dalam memberikan kesempatan masyarakat Kashmir dalam menentukan kehidupanya sendiri. 

Disamping itu, India juga berargumen bahwa Pakistan ialah penjajah yang mengambil alih Kashmir dengan cara kekerasan dan pemberontakan (Hau, 2013). 

Perpecahan terjadi lagi di wilayah Kashmir, India pun memberikan peringatan untuk gencatan senjata dan hubungan antara India dan Pakistan kembali berseteru. 

Disamping itu, Pakistan juga mengklaim bahwa India melanggar gencatan senjata dengan melalui cara dengan memperkuat militernya di wilayah Kashmir. India juga berkata bahwa bom gerilyawan yang didukung oleh tantara Pakistan menewaskan seorang tantara India (Indonesia, 2014).

Pada April 2012, India dan Pakistan saling adu hard power masing -- masing negara dengan melakukan uji coba nuklir, hal ini membuat keduanya semakin memanas. Berlanjut pada tanggal 29 September 2013 Perdana Menteri India Manmohan Singh dan Nawaz Sharif selaku Perdana Menteri Pakistan melakukan soft power dimana kedua Perdana Menteri ini bertemu di New York dalam acara United Nations General Assembly. 

Dalam pertemuan itu, kedua perwakilan negara ini sepakat untuk menghentikan segala serangan dan tetap menjaga perdamaian antara India dan Pakistan dengan cara mengukuhkan kerja sama dan menguatkan batas Line of Control (York, 2013).
Upaya yang dilakukan oleh India dalam menyelesaikan sengketa ini ialah dengan melakukan diplomasi koersif. Diplomasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah atau konflik tanpa adanya peperangan. 

Tujuan dari diplomasi ialah untuk mencari jalan keluar agar konflik dapat terselesaikan dengan kepala dingin. Diplomasi koersif sendiri biasanya digunakan untuk mengubah sikap atau keputusan suatu negara dengan memberikan ancaman, sanksi, pemutusan, serta pembatalan kerja sama. 

Dalam pengaplikasiannya, diplomasi koersif tidak semata -- mata  langsung melakukan kekerasaan atau paksaan. Akan tetapi, didalam diplomasi koersif diberikan ultimatum terlebih dahulu dengan batas waktu tertentu, sehingga membuat negara yang dituju tidak mera 'diberi' dan 'diambil'. 

Strategi dasar yang digunakan oleh diplomasi koersif adalah memberikan kekuatan dan tingkatan tertentu untuk mencegah terjadinya agresi dari pihak lawan. 

Dengan memberikan tekanan berupa suatu ancaman kepada pihak lawan menunjukkan bahwa adanya kekuatan yang besar. "Coercive diplomacy applies pressure in a manner and magnitude that seeks to persuade an opponent to cease aggression rather than bludgeon him into stopping...just enough force of an appropriate kind to demonstrate resolution and to give credibility to the threat that greater force will be used if necessary" (Jentleson,2006). 

Perdana Menteri Manmohan Singh berjanji untuk menyelesaikan konflik wilayah perbatasan di Kashmir. Namun, hal ini lebih cenderung menggunakan militer, hal tersebut membuat India dan Pakistan saling berbalas kata -- kata hingga akhir 2014. Dinamika konflik mengenai perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan ini sangat tepat untuk diselesaikan dengan diplomasi koersif.

Konflik yang terjadi di wilayah Kashmir diawali oleh konflik politik kekuasaan antara penguasa Kashmir dan Pemerintah India. Oleh karena itu, peran politik sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan konflik di wilayah Kashmir ini. Masyarakat Kashmir sendiri hanya menginginkan hak mereka kembali. Hak -- hak seperti Pendidikan, keamanan, Kesehatan dan lainnya. Namun, yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat Kashmir. 

Bahkan, konflik tersebut malah semakin kompleks dan dapat dilihat masyarakat Kashmir melawan pemerintah India yang membuat pemerintah India semakin hari semakin meningkatkan kekuatan militernya dan seringkali melanggar batas wilayah atau LoC (Tabassum, 2012).

Daftar Pustaka
Selatan, A. (2012, November 14). Sejarah Asia Selatan. Retrieved from shvoong.com
Kalyanaraman, S. (2015). India and Pakistan: an Eternal Conflict. Institute for Defense Studies and Analyses, 168.
Dalrymple, W. (2020, Februari 18). The Violent LEgacy of Indian Partition. Retrieved from newyorker.com: newyorker.com
Sridhar, S. (2004). Kashmir and Water: Conflict and Cooperation. Asian Development Bank, 1-4.
Aljazeera. (2020). Kashmir and the Politics of Water. aljazeera.
Mashad, D. (2004). Kashmir: Derita yang Tak Kunjung Usai. Jakarta: Khalifa.
Rizky, A. (2016). Pengaruh PErebutan Wilayah Kashmir Terhadap Hubungan Diplomatik India - Pakistan Periode 2011 - 2013. Journal Online Mahasiswa 3(2), 22.
SAARC. (1985, Desember 8). About SAARC. Retrieved from South Asian Association for Regional Cooperation: http://saarc-sec.org/about- saarc
Sitepu, S. K. (2017). Film Bajrangi Bhaijaan Sebagai Media Diplomasi Publik India Terhadap Pakistan. Thesis From University of Lampung.
BBC. (2019). India Berhasil Luncurkan Rudal Jarak Jauh. BBC Indonesia.
Parischa, A. (2019). India - Pakistan Memulai Lagi Diplomasi Melalui Kriket. VOA Indonesia.
Hau, K. S. (2013). The Genesis of Kashmir Disputes. Canadian Center of Science and Education, 163.
Indonesia, C. (2014). Hubungan India - Pakistan Kembali Memanas. Jakarta: CNN Indonesia.
York, A. P. (2013). Indian and Pakistani PMs Meet in New York in Shadow of Kashmir Violance. New York: The Guardian.
Tabassum, M. T. (2012). Political Situation In Kashmir and Role of United Nations. Studies of Changing Societies: Comparative and Interdisciplinary Focus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun