Mohon tunggu...
siti taqiyya nurasih
siti taqiyya nurasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa HI Universitas Sriwijaya

International Relations '19

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya India dalam Menyelesaikan Konflik Wilayah Kashmir Melalui Diplomasi Koersif

3 Desember 2021   12:11 Diperbarui: 3 Desember 2021   12:35 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpecahan terjadi lagi di wilayah Kashmir, India pun memberikan peringatan untuk gencatan senjata dan hubungan antara India dan Pakistan kembali berseteru. 

Disamping itu, Pakistan juga mengklaim bahwa India melanggar gencatan senjata dengan melalui cara dengan memperkuat militernya di wilayah Kashmir. India juga berkata bahwa bom gerilyawan yang didukung oleh tantara Pakistan menewaskan seorang tantara India (Indonesia, 2014).

Pada April 2012, India dan Pakistan saling adu hard power masing -- masing negara dengan melakukan uji coba nuklir, hal ini membuat keduanya semakin memanas. Berlanjut pada tanggal 29 September 2013 Perdana Menteri India Manmohan Singh dan Nawaz Sharif selaku Perdana Menteri Pakistan melakukan soft power dimana kedua Perdana Menteri ini bertemu di New York dalam acara United Nations General Assembly. 

Dalam pertemuan itu, kedua perwakilan negara ini sepakat untuk menghentikan segala serangan dan tetap menjaga perdamaian antara India dan Pakistan dengan cara mengukuhkan kerja sama dan menguatkan batas Line of Control (York, 2013).
Upaya yang dilakukan oleh India dalam menyelesaikan sengketa ini ialah dengan melakukan diplomasi koersif. Diplomasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah atau konflik tanpa adanya peperangan. 

Tujuan dari diplomasi ialah untuk mencari jalan keluar agar konflik dapat terselesaikan dengan kepala dingin. Diplomasi koersif sendiri biasanya digunakan untuk mengubah sikap atau keputusan suatu negara dengan memberikan ancaman, sanksi, pemutusan, serta pembatalan kerja sama. 

Dalam pengaplikasiannya, diplomasi koersif tidak semata -- mata  langsung melakukan kekerasaan atau paksaan. Akan tetapi, didalam diplomasi koersif diberikan ultimatum terlebih dahulu dengan batas waktu tertentu, sehingga membuat negara yang dituju tidak mera 'diberi' dan 'diambil'. 

Strategi dasar yang digunakan oleh diplomasi koersif adalah memberikan kekuatan dan tingkatan tertentu untuk mencegah terjadinya agresi dari pihak lawan. 

Dengan memberikan tekanan berupa suatu ancaman kepada pihak lawan menunjukkan bahwa adanya kekuatan yang besar. "Coercive diplomacy applies pressure in a manner and magnitude that seeks to persuade an opponent to cease aggression rather than bludgeon him into stopping...just enough force of an appropriate kind to demonstrate resolution and to give credibility to the threat that greater force will be used if necessary" (Jentleson,2006). 

Perdana Menteri Manmohan Singh berjanji untuk menyelesaikan konflik wilayah perbatasan di Kashmir. Namun, hal ini lebih cenderung menggunakan militer, hal tersebut membuat India dan Pakistan saling berbalas kata -- kata hingga akhir 2014. Dinamika konflik mengenai perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan ini sangat tepat untuk diselesaikan dengan diplomasi koersif.

Konflik yang terjadi di wilayah Kashmir diawali oleh konflik politik kekuasaan antara penguasa Kashmir dan Pemerintah India. Oleh karena itu, peran politik sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan konflik di wilayah Kashmir ini. Masyarakat Kashmir sendiri hanya menginginkan hak mereka kembali. Hak -- hak seperti Pendidikan, keamanan, Kesehatan dan lainnya. Namun, yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat Kashmir. 

Bahkan, konflik tersebut malah semakin kompleks dan dapat dilihat masyarakat Kashmir melawan pemerintah India yang membuat pemerintah India semakin hari semakin meningkatkan kekuatan militernya dan seringkali melanggar batas wilayah atau LoC (Tabassum, 2012).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun