Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Imlek Komed] Imlek bersama Sahabat

5 Februari 2019   15:35 Diperbarui: 5 Februari 2019   15:59 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah saya berada disuatu daerah yang tenang dipinggiran Surabaya.

Suatu kawasan yang sekarang lumayan memadai, karena diapit oleh dua double way yang lebar dan ramai. Keadaannya cukup nyaman, karena kawasan itu berada dekat dengan segala keperluan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Dari pasar tradisionel hingga super market, sarana kesehatan,  sampai Rumah Sakit.

Sarana pendidikan,  kursus, sekolah, Universitas, juga beberapa Bank.

Banyak usaha otomotif, hotel, serta aneka jenis kuliner : Restoran, toko kue, sampai lapak jajanan kaki lima.

Kesemuanya berada disepanjang kedua jalan kembar itu, yang mulai beroperasi 10 tahun lalu dan membuat daerah sekitarnya terus berkembang pesat, padat makin komplit.

Dahulu kawasan ini sepi, bahkan sering tergenang bila musim penghujan,  sampai 2-3 hari air baru bisa surut,  ... eh, enggak ding, yang tergenang cuma jalanannya saja kok -- terlebih karena sejak 5 tahun yang lalu, jalan-jalannya dipaving setinggi setengah meter, sekarang tidak ada lagi genangan.

Sahabat dekat itu Tetangga satu RT

RT saya itu terdiri dari dua blok, dan setiap blok ada 30 rumah.

Warga kebanyakan keturunan Tionghoa, yang  pribumi/Jawa ada beberapa, termasuk saya.

Ternyata menurut anak saya, yang menjadi wakil RT,  di blok saya banyak warga yang sudah tua, berumur disekitaran 70 tahunan, jadi sepantaran dengan saya.

Dua warga dekat rumah juga sudah sepuh, yaitu Bu Lisan dan Bu Esther, satu lebih tua -  lainnya lebih muda dari saya. Kita sudah bersahabat sejak tetanggaan lebih dari 18 tahun lalu.

Bu Lisan seorang vegetarian dan Bu Esther, pernah kena serangan jantung dan stroke,  saya sendiri punya kolesterol tinggi, jadi kita harus selalu menjaga gaya hidup dan pola makan seimbang demi kesehatan kita.

Tetapi jika cuaca baik dan badan sedang segar, kadang kita sering jalan bareng kepasar tradisionel yang dekat dengan tempat tinggal kita itu.

Yang dibeli sih kebutuhan harian, tetapi sebetulnya yang  lebih asyik jika berburu jajanan ndeso.

Yaitu jajan pasar, seperti  dawet, gethuk, cenil, gatot, sawut, grontol/blendung jagung yang khas dan legit.

Atau kalau lagi 'kurang kerjaan',  kita kongkow di warung pasar, milik ibu-ibu Madura, yang cukup ramai.

 Disitu ada nasi pecel, nasi serpang khas Madura nan gurih pedas, juga penyetan atau pecel lele yang mak-joss.

Mendoan selalu ada, tempe/tahu goreng gendut, rempeyek teri, gimbal udang atau ayam goreng, kadang ada  brengkesan/pepes ikan atau bothok yang bukan main lezatnya.

Yang paling menyenangkan jika Hari Raya Idulfitri  tiba, sering saya mengirim nasi kuning, juga lontongan/kupatan pada beberapa sobat saya, tetangga disekitar rumah.

Demikian juga jika Hari Raya Imlek tiba, merekapun mengirim aneka hidangan khas  hari Raya Imlek pada saya.

Biasanya yang mereka kirim, adalah kuwe keranjang, lumpia, mie goreng,  ikan bandeng utuh kukus dan jeruk yang masih  bertangkai dengan daunnya.

Jeruknya besar mulus dengan warna kuning menyala, rasanya amat manis segar.

 

Makna dari pernak-pernik Imlek                                

Saya pernah bertanya, kenapa kok mereka gandrung dengan warna merah, dihari Imlek itu. Penasaran, karena saya lihat hampir semua yang ada  dirumah mereka, yaitu segala pernak -pernik  di-meja, aneka hiasan di dinding, sampai baju mereka selalu didominasi dengan warna merah menyala

Ternyata ada ceritanya : Waktu itu, konon masyarakat Tionghoa takut sekali dengan adanya  Nian, yaitu mahluk raksasa kerdil menyeramkan yang sering mengganggu mereka.

Nian, konon muncul dari laut, berkaki satu, ganas, beringas, suka merampas persediaan makanan mereka, bahkan juga memangsa warga disitu.

Mereka berduka, putus asa, karena selalu diteror oleh Nian yang mengerikan itu.

Namun, pada suatu hari, ada seorang anak kecil, berbaju merah- terang, yang sedang bermain diluar saat Nian datang.

Anehnya Nian malah lari ketakutan melihat anak kecil berbaju merah itu, jadi orang-orang kemudian berkesimpulan jika predator itu amat takut dengan sesuatu yang berwarna merah.

Selanjutnya untuk menakuti agar Nian tidak berani kembali mendekati  kawasan mereka lagi, masyarakat sering memasang/memakai atribut warna merah menyala dan membunyikan mercon atau petasan yang mengagetkan.

Begitulah asal mula mengapa mereka suka dengan warna merah menyala, dan main petasan.

Sebenarnya semua aneka jenis makanan yang disajikan itu juga punya makna tersendiri.

Kuwe Keranjang yang lengket manis dicetak berbentuk bulat, bermakna hidup bergembira, selalu mengharapkan persatuan persaudaraan penuh tekad serta rukun.

 Kue itu  biasanya disusun berderet keatas dengan dipuncaknya ada kue mangkok berwarna merah, diartikan bahwa mereka ingin selalu bersama untuk meraih harapan yang tinggi.

 Sedang kuwe mangkok merekah berwarna merah, diartikan mereka bisa mendapat rejeki yang mekar merekah  disepanjang hidupnya.

Mie goreng atau siu mie, yang panjang tanpa putus melambangkan panjang umur, kebahagiaan dan kelimpahan rejeki, demikian juga dengan ikan bandeng utuh,  sebagai pertanda keberuntungan, serta merupakan makanan kesukaan mereka.

Jeruk berkulit kuning keemasan dengan warna menyala, masih ada tangkai serta daunnya,  diharapkan kehidupan mereka juga cerah - bersinar terang,  bergelimang dengan harta yang melimpah, serta terus tumbuh.

Tradisi Cap Go Meh mirip dengan Kupatan

Diakhir Hari Raya Imlek demikian juga diakhir hari Raya Idulfitri,  ada tradisi membuat lontong beserta lauknya.

Kalau di Hari Raya Imlek ada lontong  Cap Go Meh dihari Raya Idulfitri ada juga tradisi Lontongan/Kupatan.

Hidangan kedua kuliner itu mirip, bahkan hampir sama.

Di lontong Cap Go Mek, ada lontong, dengan lauk sayur labu, sambel goreng hati,  telur pindang, ayam opor, bubuk kedelai dan sambel kelapa.

Sedangkan di acara Kupatan atau Lontongan,  juga ada lontong/kupat, dengan lauk sayur rebung, sambel goreng hati, opor ayam,  juga sambel bubuk, sambel poyah, sambel kelapa, abon, ebi dan yang istimewa serta khas yaitu sambel goreng petis-telur yang uenak puol.

Kedua kuliner itu mantap, sedap dengan sensasi rasa yang bisa membuat kita merem-melek hingga ketagihan menyantapnya sampai di-jilatan akhir, ... swear tenan  !

Kemudian yang paling banyak ditunggu  di Hari Raya  Imlek adalah  kebiasaan memberikan ang pao, yaitu sebuah amplop berwarna  merah yang berisi hadiah uang 

Biasanya diberikan kepada saudara yang lebih muda,  masih lajang  atau kepada kakek nenek, maupun  kepada  siapa saja warga yang membutuhkan.

Bagi yang memberikan dilambangkan berbagi rejeki, sedangkan bagi yang menerima diartikan sebagai pembawa kebahagiaan untuk satu tahun ke depan.

Mmmm, ... jadi ada baiknya di Tahun Baru Imlek  2019  ini, saya akan menguucapkan :" Gong Xi Fa Cai,  hong bao na lai "  pada semua rekan-sobat saya ... yang artinya " Selamat Bahagia dan Sejahtera semuanya, serta jangan lupa bagi sini dong ang-pao-nya ! "  ... xie-xie, kamsia.

dok. Komed
dok. Komed

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun